SOLOPOS.COM - Ibu-ibu anggota Kelompok Usaha Mandiri membuat aneka kudapan dari umbi-umbian di rumah salah satu anggota kelompok, Rabu (19/8/2020). (Istimewa/Dokumentasi UPBJJ-UT Surakarta)

Solopos.com, KARANGANYAR—Kelompok Usaha Mandiri di Dukuh Talun, Dusun Tengklik, Desa Karangbangun, Kecamatan Matesih, Kabupaten Karanganyar, melirik penjualan online selama pandemi Covid-19.

Kelompok tersebut mengolah umbi-umbian menjadi aneka camilan. Anggota kelompok ibu-ibu rumah tangga, buruh tani, merawat ternak orang lain, dan melakoni pekerjaan sambilan lainnya.

Promosi Mitsubishi XForce: Stylish untuk Wanita, Praktis buat Ibu Muda

Sejak beberapa tahun lalu, mereka menekuni usaha baru, yakni membuat keripik dan stik dari ubi. Sejumlah ubi yang telah diolah, yakni talas, singkong, ubi ungu, dan lain-lain. Perubahan usaha itu memengaruhi penghasilan semula Rp20.000-Rp25.000 per hari menjadi Rp50.000 per hari.

Waduh! Gara-Gara 1 Orang Ngeyel, 14 Warga Tasikmadu Karanganyar Positif Covid-19

Sebelum pandemi, mereka menjajakan camilan di tempat wisata, di sekolah, ke rumah-rumah warga, melayani bakul dari Kota Solo dan sekitarnya, dan lain-lain. Tetapi, selama pandemi ini, mereka mengubah strategi penjualan. Alasan mereka adalah tidak ada kegiatan belajar mengajar di sekolah, tempat wisata tidak dibuka, dan orang takut karena Covid-19. Kondisi itu memengaruhi penjualan.

Ketua Kelompok Usaha Mandiri, Sunaryo, menyampaikan produksi sejumlah anggota menurun. Penurunan bisa mencapai setengah dari produksi sebelum pandemi.

“Ya pas pandemi ini banyak yang berkurang produksinya. Semisal sebelum pandemi itu bisa 15 kilogram sehari. Sekarang 50 kilogram untuk dua hari. Ada juga yang tiga kuintal sehari menjadi satu setengah kuintal atau bahkan satu kuintal sehari,” tutur dia saat berbincang dengan Solopos.com, Minggu (23/8/2020).

Tekan Angka Pengangguran, Kementerian PUPR Percepat Penyaluran Program Padat Karya Tunai

 

Turunkan Harga

Salah satu anggota kelompok, Lastri, menyampaikan menjajal cara penjualan baru. Dia menjajakan produk olahan umbi-umbian itu secara online.

“Kami belajar berjualan secara online. Ya masih melayani yang offline, tetapi online juga jalan. Kami mencari pasar baru. Gampang-gampang susah,” tutur dia.

Lagi Ngehits, Ganjar Tak Mau Ketinggalan Kunjungi Mata Langit

Mereka juga mengaku menurunkan harga agar pembeli tidak lari. Lastri misalnya, terpaksa menurunkan harga stik ketela dari Rp35.000 per kilogram menjadi di bawah Rp30.000 per kilogram. Pemilik usaha pangan dengan merek Fedrick itu juga menerima pasokan stick dan keripik dari sesama anggota kelompok.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya