SOLOPOS.COM - Kendaraan berhenti saat ada rangkaian KA yang lewat di palang pintu perlintasan KA di Pasar Legi, Solo. Lambannya pemerintah baik pusat maupun daerah membangun infrastruktur transportasi mengakibatkan meratanya kemacetan di mana-mana. (JIBI/SOLOPOS/Burhan Aris Nugraha)

Kendaraan berhenti saat ada rangkaian KA yang lewat di palang pintu perlintasan KA di Pasar Legi, Solo. Lambannya pemerintah baik pusat maupun daerah membangun infrastruktur transportasi mengakibatkan meratanya kemacetan di mana-mana. (JIBI/SOLOPOS/Burhan Aris Nugraha)

JAKARTA – Kondisi transportasi di Tanah Air saat ini sudah mengalami kongesti atau kemacetan di mana-mana yakni di kereta api, pelabuhan, bandara juga jalanan.

Promosi BRI Borong 12 Penghargaan 13th Infobank-Isentia Digital Brand Recognition 2024

“Secara makro, ekonomi dipuji banyak negara, tetapi speed membangun infrastruktur kereta api, bandara, jalan sangat lambat. Perlu political will dari pemerintah,” ucap Guru Besar Fakultas Teknik Universitas Indonesia Suyono Dikun, Kamis (5/7/2012). Untuk kereta rel listrik (KRL) Jabodetabek, imbuh Suyono, harus dibuat terintegrasi. Ada potensi untuk membuat komersial dengan tidak mengenyampingkan sisi sosialnya. “Transportasi Jabodetabek harus dilayani berbasis rel, tidak mampu berbasis jalan,” ucapnya.

Direktur Utama PT KAI Ignasius Jonan mengatakan masalah utama KRL Jabodetabek bukan soal biaya, tetapi partisipasi Pemerintah Daerah/Pemerintah Kota dan Kementerian Pekerjaan Umum untuk membangun flyover, underpass, akses ke stasiun, dan lahan untuk lapangan parkir kereta.

Dia menjelaskan ada 42 perlintasan sebidang kereta api di Jabodetabek, 12 diantaranya harus membangun underpass (jalan di bawah tanah) atau flyover (jalan layang) seiring dengan target perseroan yang mengoperasikan KRL dengan headway (jarak perjalanan antarkereta) selama 3 menit sekali pada saat jam sibuk.

“Kalau tidak ada underpass pintu di perlintasan Simprug, di Pasar Minggu, misalnya, mobil tidak bisa jalan karena pintu perlintasan ditutup setiap 3 menit sekali. Makanya pemerintah kota harus buat underpass atau flyover, ini kewajiban Pemda dan PU kalau kereta api ditambah terus, jalanan macet,” ucapnya.

Jonan menyebutkan pada tahun ini akan ada tambahan 100 gerbong KRL termasuk untuk penggantian KRL ekonomi dan AC yang sudah berumur 6 tahun. Sehingga nantinya jumlah KRL akan bertambah menjadi 1.440 gerbong atau tiga kali lipat dari yang ada sekarang. “Kami akan terus menambah KRL, selama 3 tahun kami sudah mendatangkan 250-300 gerbong, tetapi terkendala lapangan parkirnya yang harus dibangun dan butuh tanah, tidak ada tempatnya. Misalnya di Stasiun Bogor,” ucapnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya