SOLOPOS.COM - Warga Gamping RT 016, Desa Jambeyan, Sambirejo, Sragen, menyirami badan jalan Gondang-Jambeyan yang rusak agar tidak berdebu, Minggu (27/8/2017). (Istimewa/Rofik)

Kesehatan warga terganggu akibat debu dari jalan Gondang-Jambeyan, Sambirejo, Sragen.

Solopos.com, SRAGEN — Sisa air siraman di jalan Gondang-Jambeyan, Sambirejo, Sragen, masih terlihat saat Paryono memutuskan menyemprot kembali jalan di depan rumahnya itu, Minggu (27/8/2017).

Promosi Jalur Mudik Pantura Jawa Makin Adem Berkat Trembesi

Laki-laki paruh baya warga Dukuh Gamping RT 016, Jambeyan, Sambirejo, tersebut sangat terganggu dengan debu jalan yang beterbangan saban kali ada kendaraan lewat. Selain membuat warungnya kotor, Paryono khawatir sakit cucunya, Gisha, 4, semakin parah.

Sejak lima bulan terakhir cucu kesayangannya sering batuk. “Cucu saya batuk-batuk terus, tidak sembuh-sembuh kendati sudah diperiksakan ke puskesmas. Itu [sakit Gisha] mungkin karena debu jalan yang beterbangan,” ujar dia.

Kerusakan jalan di depan rumah Paryono sudah sangat parah dalam tiga tahun terakhir. Menurut dia, kondisi tersebut terjadi sejak ada penambangan galian C di kawasan Gunung Tugel.

Saban hari lebih dari 100 dump truck hilir mudik di jalan itu mengangkut material tambang. Aktivitas tersebut berlangsung pukul 07.00 WIB hingga 16.00 WIB selama tiga tahun.

“Saya berharap dari pemerintah atau pihak mana begitu, merespons lah. Saya tidak bisa ngomong banyak, saya orang kecil. Kalau mau komentar bagaimana tidak berani,” tutur dia.

Untuk mengurangi debu yang beterbangan, Paryono rutin menyirami jalan di depan rumahnya. Aktivitas serupa dilakukan warga lain di pinggir jalan tersebut.

“Warga Gamping yang tinggal di pinggir jalan ini ada sekitar 60 keluarga. Sebagian dari mereka seperti saya, rutin menyiram badan jalan dua hingga tiga kali sehari,” imbuh dia.

Penuturan senada disampaikan Rofik Eko Prasetyo, 40, warga Gamping, Jambeyan. Menurut Pengasuh Yayasan Nurud Dholam itu debu jalan sangat mengganggu warga.

Sejumlah warga bahkan mulai batuk-batuk. Ada pula warga yang batuk mengeluarkan dahak darah. Tapi belum ada diagnosis medis apa hal itu disebabkan debu.

“Perlu data dari petugas kesehatan. Tapi sudah ada yang sering batuk-batuk dan berdahak darah. Kami tidak tahu pakah hal itu karena efek debu atau bukan,” jelas dia.

Rofik menuturkan pernah ada sejumlah ternak warga yang digembalakan di lapangan pinggir jalan mati. Tapi sekali lagi belum ada pembuktian ilmiah penyebab kematiannya.

Merujuk kondisi itu, Rofik menginisiasi aksi sosial penyemprotan jalan dan bagi-bagi masker kepada warga, Minggu pagi. Aksi tersebut diikuti puluhan orang warga dan aktivis pemuda.

“Walau kegiatan kami tidak berefek signifikan setidaknya kami sudah berusaha. Selain menyemprot jalan, kami membagikan 550 masker kepada masyarakat,” kata dia.

Rofik bangga dengan semangat warga dalam mengikuti aksi Minggu pagi. Menggunakan peralatan seadanya mereka bahu membahu menyemprot jalan agar tak berdebu.

“Anak-anak dan ibu-ibu pakai ember, adik-adik saya pakai tangki semprot. Walau dalam hitungan menit air sudah menguap, setidaknya kami berusaha,” pungkas dia.

 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya