SOLOPOS.COM - Desain flyover Manahan. (Farida Trisnaningtyas/JIBI/Solopos)

Infrastruktur Solo, warga meminta Pemkot mempertimbangkan rencana penutupan perlintasan sebidang Manahan setelah flyover dibangun.

Solopos.com, SOLO — Warga meminta Pemerintah Kota (Pemkot) Solo mempertimbangkan kembali keputusan penutupan perlintasan sebidang Manahan setelah flyover dibangun. Penutupan perlintasan dinilai merugikan pengendara nonmotor khususnya sepeda dan becak.

Promosi Selamat! Direktur Utama Pegadaian Raih Penghargaan Best 50 CEO 2024

Seorang pesepeda, Fauzan, 50, warga Kelurahan Ketelan, Banjarsari, mengatakan perlintasan sebaiknya tetap dibuka untuk lalu lintas seperti di flyover dekat Stasiun Lempuyangan, Jogja. “Kalau bisa seperti di Lempuyangan. Bagian bawah [flyover] masih bisa dilewati. Untuk di Solo, bagian bawahnya misal dikhususkan untuk nonkendaraan bermotor,” kata Fauzan, saat ditemui Solopos.com, Sabtu (18/2/2017).

Menurutnya, penutupan perlintasan sebidang Manahan bakal mengakibatkan lalu lintas di R.M. Said semakin ramai. “Kalau pesepeda dan tukang becak harus memutar lewat Pasar Nongko, Jl. R.M. Said makin ramai. Macetnya pindah ke sini,” ujar Fauzan.

Hal senada disampaikan seorang tukang becak, Ariyanto, 44, warga Kelurahan Mangkubumen, Banjarsari. Ariyanto yang biasa mangkal di dekat Hotel Agas menilai opsi memutar melalui perlintasan KA Pasar Nongko membuat waktu tempuh semakin lama. “Itu juga lihat situasi. Kadang tamu suka komplain karena kemacetan di Pasar Nongko pada jam berangkat dan pulang kerja,” kata Ari.

Ari berpendapat semakin jauh rute yang dilalui mau tak mau ia harus menaikkan ongkos jasa becaknya. Kenaikan bisa mencapai Rp5.000. “Kalau dari Agas ke Sunan misalnya biasanya saya tarik Rp20.000 mungkin nanti saya minta Rp25.000,” tuturnya.

Namun, kenaikan tarif lambat laun bisa membuat becak menghilang dari kota. Dengan tarif sama, orang lebih suka naik taksi daripada becak. “Wong cilik tambah rekasa. Pembangunan flyover jangan sampai mateni wong cilik. Kendaraan bermotor difasilitasi, tapi yang nonmotor jangan dibiarkan mati,” ujarnya.

Tukang becak lain, Ari Yamtono, 37, warga Desa Cemani, Grogol, Sukoharjo, mengatakan opsi menaikkan tarif menjadi pilihan terakhir jika harus melalui rute memutar. “Kalau harus memutar di Pasar Nongko enggak apa-apa tapi tarif naik. Kalau ada penumpang kan tinggal narik. Sekarang saja cari penumpang sulit,” ujar Ari.

Pegiat komunitas sepeda di Solo, Fuad Jamil, menilai Pemkot sebaiknya mengkaji ulang penutupan perlintasan sebidang di Manahan. Ia berharap perlintasan sebidang bisa dijadikan jalur khusus untuk pengendara nonmotor seperti sepeda dan becak.

“Wajarnya kan mereka [pengendara nonmotor] mencari lintasan terpendek. Becak enggak mungkin naik ke flyover karena berbahaya. Bisa disebabkan angin atau kecepatan moda transportasi lain,” kata Fuad.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya