SOLOPOS.COM - Desain Sky Bridge Terminal Tirtonadi-Solo Balapan tampak atas. (Dishubkominfo Solo)

Infrastruktur Solo, warga Cinderejo Kidul menolak pembangunan sky bridge.

Solopos.com, SOLO–Sejumlah warga terdampak pembangunan proyek sky bridge penghubung Terminal Tirtonadi dan Stasiun Solo Balapan di Kampung Cinderejo Kidul, Kelurahan Gilingan, berkukuh menolak pembangunan jembatan layang di atas jalan lingkungan mereka. Warga menghendaki rute pembangunan yang semula melintasi Gang Jalak I dialihkan melalui Jl. S. Parman.

Promosi Jalur Mudik Pantura Jawa Makin Adem Berkat Trembesi

Warga yang tinggal di Kampung Cinderejo Kidul RT 001/RW 009 Kelurahan Gilingan, Purnomo, 48, khawatir pembangunan sky bridge di atas jalan lingkungannya bakal menganggu akses warga sekitarnya.

“Kami tidak mau nantinya lingkungan sini jadi terganggu. Mobil jadi susah keluar dan masuk karena ada tiang pancang dengan diameter 1,2m. Padahal jalan kampung di sini sempit dengan aktivitas tinggi,” tuturnya saat ditemui di  Gang Jalak I, Rabu (15/6/2016) siang.

Purnomo menjelaskan awal pemaparan pembangunan jembatan yang digelontor dana senilai Rp21,5 miliar dari pemerintah pusat itu terdapat tiga opsi rute yang mengemuka. Salah satunya melintasi gang di samping Hotel Atina, opsi lain dibuat lurus dari Jl. Tagore dengan melewati beberapa permukiman, serta opsi terakhir melewati Gang Jalak I.

“Yang diambil opsi terakhir. Yang termurah. Warga mengetahuinya saat sosialisasi di Terminal Tirtonadi awal Juni lalu. Saya sendiri tidak setuju kalau ada jembatan layang lewat di atas jalan kampung. Repot nantinya,” jelasnya.

Menurut Purnomo, warga di seputar tempat tinggalnya mengusulkan pembangunan jembatan layang direvisi melewati Jl. S. Parman. “Kalau lewat opsi pertama dan kedua juga sama saja. Sama-sama lewat jalan kampung. Saran  kami mending dari Jl. Setiabudi langsung lewat Jl. S. Parman. Di sana kan termasuk jalan kota dan cukup lebar untuk memuat tiang pancang,” paparnya.

Purnomo mendesak selama proses negosiasi dengan Pemerintah Kota (Pemkot) Solo belum mufakat, kontraktor pelaksana untuk sementara menyetop proses pembangunan. “Semua warga di sini diundang ketemu wali kota di Balai Kota, Jumat [(17/6/2016)] pagi. Kontraktor setop  dulu sampai kami dapat solusi dari wali kota,” bebernya.

Warga lain yang tinggal di Kampung Cinderejo Kidul RT 002/RW 009 Kelurahan Gilingan, Ristiani, 45, mengaku waswas proses pembangunan sky bridge bakal mengganggu aktivitasnya berjualan di tepi Jl. Jalak I. “Kalau jalan sini diobrak-abrik, saya enggak bisa jualan. Kami di sini sepakat menolak pembangunan sky bridge,” tuturnya.

Sementara itu, pantauan Solopos.com di lokasi pembangunan sky bridge segmen III dan IV di pertigaan pertemuan Jl. Tagore-Jl. Setiabudi dan tepi Jl. Setiabudi atau sebelah selatan Terminal Tirtonadi, Rabu (15/6/2016) siang, masih berlangsung. Pelaksana pembangunan dari PT Karsa Bayu Bangun Perkasa terlihat mulai memasang konstruksi rangka besi dalam lubang tiang pancang yang sudah dibuat.

Terpisah, Lurah Gilingan Joko Partono menyebutkan pro dan kontra warga dalam pembangunan merupakan hal yang lumrah. Joko optimistis pembangunan proyek miliaran rupiah di sekitar kampungnya bakal berdampak positif bagi warga.

“Yang jelas nanti pasti ada dampak positifnya. Galeri UKM di atas bisa dimanfaatkan warga. Saya juga sedang usul agar pembangunan nantinya juga bisa melibatkan warga sekitar. Dengan adanya salah satu bangunan ikonik ini, pamor atau citra Gilingan akan terangkat,” kata dia.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya