SOLOPOS.COM - Suasana pintu masuk sisi utara di Terminal Tirtonadi, Solo, Senin (29/6/2015). Penggunaan cat warna merah muda pada dinding terminal merupakan salah satu strategi visual untuk memberikan kesan lembut terminal saat menyambut penumpang arus mudik Lebaran 2015. (JIBI/Solopos/Ivanovich Aldino)

Infrastruktur Solo, hotel batal dibangun di terminal Tirtonadi.

Solopos.com, SOLO–Pengembangan Terminal Tirtonadi ke depan bakal diarahkan untuk pusat perbelanjaan atau mal setinggi empat lantai. Pembangunan yang membutuhkan investasi sedikitnya Rp350 miliar ini  bertujuan menggairahkan perekonomian kawasan Solo Utara.

Promosi Jalur Mudik Pantura Jawa Makin Adem Berkat Trembesi

Kepala Dinas Perhubungan Komunikasi dan Informatika (Dishubkominfo) Solo, Yosca Herman Soedrajat, mengemukakan berdasarkan berbagai pertimbangan dan masukan sejumlah pihak, pengembangan terminal sebagai hotel sekaligus mal urung dilaksanakan.

“Akhir tahun ini rencananya kami kembangkan untuk pusat perbelanjaan. Hanya mal. Hotelnya tidak jadi,” terangnya saat di sela rapat koordinasi bersama Direktorat Jenderal Perkeretaapian Kementerian Perhubungan di Stasiun Solo Balapan, Minggu (10/7/2016).

Lebih lanjut Herman, sapaan akrabnya, menjelaskan pembangunan mal diarahkan di atas konstruksi bangunan bagian tengah Terminal Tirtonadi. “Mal lantai dua sampai lantai lima di tengah bangunan utama terminal. Bagian atas sayap terminal dipertahankan sebagai tempat parkir,” jelasnya.

Dia menyebutkan rencana induk pengembangan Terminal Tirtonadi sudah disusun jauh-jauh hari sebelum terbit aturan terminal tipe A dikelola Kementerian Perhubungan. Menurut dia, sejak awal Pemerintah Kota (Pemkot) berkukuh mempertahankan terminal berada di tengah kota agar tidak mati dan potensial dikembangkan di luar pelayanan transportasi.

“Terminal tipe A lain digeser ke pinggir kota. Tapi kami tidak mau dan tetap mempertahankan terminal di tengah kota,” ujar Herman.

Herman mengungkapkan saat ini jumlah penumpang di Terminal Tirtonadi rata-rata 15.000 orang/hari kondisi normal. Sedangkan pada musim Lebaran, jumlahnya bisa melonjak dua kali lipat mencapai 30.000 penumpang/hari.

“Melihat sejarahnya, orang dulu datang ke Solo lewat Terminal Tirtonadi untuk berbelanja. Jumlah penumpang rata-rata sekarang ada 15.000/hari, kalau 10% saja mau mampir berbelanja, itu sudah jadi pangsa pasar yang cukup bagus untuk peningkatan sentra kawasan bisnis di Solo Utara,” kata dia.

Disinggung sistem pengembangan pusat bisnis terminal dengan pelibatan investor, Herman menyebutkan sedang mempertimbangkan opsi kerja sama. “Sistemnya kerja sama dengan investor. Pengelola dan pelaksana pembangunan proyek investasi ini jadi satu. Sejak dibuka dua tahun lalu, ada empat yang masuk dan sekarang mengerucut ke satu investor,” beber Herman tanpa menyebutkan nama investornya.

Selain membuat penyedia layanan transportasi bus terkoneksi dengan pusat perbelanjaan, Herman mengutarakan ke depan prospek pengembangan Terminal Tirtonadi makin cerah. Salah satu faktor pendukungnya dengan pembangunan sky bridge (jembatan layang) penghubung Terminal Tirtonadi dengan Stasiun Solo Balapan.

“Nantinya kalau integrasi moda antara terminal, stasiun dan bandara sudah jalan, prospek semakin baik. Koneksi sky bridge sudah dibuat lantai dua terminal sebelah selatan. Setelah itu juga ada kereta api ke bandara,” ujar dia.

Pemerintah Kota (Pemkot) Solo telah mendapatkan lampu hijau untuk pengembangan pusat bisnis di atas Terminal Tirtonadi. Pembangunan rencananya dimulai 2017 mendatang. Pengelolaan kawasan bisnis yang dikembangkan investor akan dikelola Pemkot Solo. Sementara pengelolaan lantai dasar terminal, sesuai aturan, akan dikelola Kementerian Perhubungan.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya