SOLOPOS.COM - Tiang listrik di tengah jalur khusus penyandang tunanetra jalur pedestrian Jl. Bhayangkara, Solo. Foto diambil Selasa (25/7/2017) pagi. (Irawan Sapto Adhi/JIBI/Solopos)

Infrastruktur Solo, kaum difabel memprotes penataan jalur pedestrian di Jl. Bayangkara.

Solopos.com, SOLO — Sejumlah komunitas difabel di Solo memprotes hasil penataan jalur pedestrian baru di beberapa ruas jalan di Solo yang dinilai tidak ramah difabel.

Promosi Jalur Mudik Pantura Jawa Makin Adem Berkat Trembesi

Koordinator Komunitas Difabel Self Health Group (SHG) Solo, Sugian Noor, kaget ketika mendapati ada beberapa tiang listrik berdiri di tengah jalur khusus untuk membantu penyandang tunanetra di trotoar Jl. Bhayangkara, tepatnya di depan Museum Keris.

Dia menyebut keberadaan tiang-tiang listrik di jalur berwarna kuning tersebut membahayakan para penyandang tunanetra yang mengakses jalur pedestrian. Penyandang tunanetra bisa saja menabrak tiang listrik itu saat sedang berjalan.

“Sangat disayangkan hasil penataan jalur pedestrian di depan Museum Keris. Orang yang dikasih proyek terkesan kurang sungguh-sungguh memikirkan kenyamanan dan keselamatan para penyandang disabilitas. Penyediaan jalur khusus penyandang tunanetra di jalur pedestrian itu bisa merugikan,” kata Sugian Noor kepada Solopos.com di Kantor YPAC Solo, Selasa (25/7/2017).

Sugian Noor menilai keberadaan tiang-tiang di tengah jalur pedestrian juga menghambat akses penyandang tunadaksa khususnya yang memanfaatkan kursi roda. Selain di Jl. Bhayangkara, dia menyebut jalur pedestrian baru yang dibuat di Jl. Adi Sumarmo, perbatasan dengan Colomadu, Karanganyar, juga kurang ramah difabel.

Ada tugu balok di tengah jalur pedestrian yang mengganggu kaum difabel. Bukan hanya itu, di jalur pedestrian Jl. Adi Sumarmo tidak disediakan sarana penunjang seperti ramp untuk kaum difabel pengguna kursi roda.

Sugian Noor berharap Pemerintah Kota (Pemkot) Solo lebih memerhatikan kebutuhan kaum difabel. Menurut dia, tidak ada kata terlambat untuk melakukan perbaikan.

“Aksesibilitas fasilitas umum untuk kaum difabel diperlukan agar kami tidak selalu bergantung kepada orang lain. Kami tentu juga tidak mau merepotkan orang lain,” jelas Sugian Noor.

Sugian Noor menuturkan indikator fasilitas umum bisa dikatakan ramah difabel, yakni mampu diakses kaum difabel secara mandiri tanpa harus membutuhkan pertolongan orang lain. Dia menyampaikan memang butuh modal besar untuk mengupayakan penyediaan fasilitas yang ramah difabel.

Sugian Noor berharap pemerintah bisa mengupayakan penyediaan fasilitas dengan standar layanan itu. Ketua DPD Ikatan Tunanetra Muslim Indonesia (ITMI) Solo, Ahmad Halim Yulianto, mengapresiasi langkah Pemkot yang telah berupaya menyediakan jalur khusus bagi penyandang tunanetra di sejumlah jalur pedestrian di Solo.

Namun, menurut dia, penyediaan jalur khusus tersebut seharusnya bukan sebatas formalitas. Penyediaan jalur khusus mesti dilakukan dengan benar sehingga tidak merugikan kaum difabel.

Dia mengatakan jika ada tiang listrik di tengah jalur timbul, pemerintah tidak perlu susah-susah memindah tiang listrik itu. Pemerintah hanya perlu mengubah arah jalur khusus tersebut. Sebelum sampai tiang, jalur bisa dibelokkan ke arah kanan atau kiri. Setelah itu, penataan jalur bisa dikembalikan ke arah semula.

“Meski agak susah, kami bisa menyesuaikan kondisi tersebut. Namun, tentu lebih baik jika jalur timbul dibuat lurus dan tidak terputus-putus. Tidak kalah penting, jalur mesti steril dati aktivitas PKL,” jelas Halim.

 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya