SOLOPOS.COM - Permukaan aspal penutup bekas galian limbah cair tampak tidak rata di Jl. Ir. Juanda, Solo, Minggu (26/3/2017). (M. Ferri Setiawan/JIBI/Solopos)

Infrastruktur Solo, lapisan aspal di bekas galian Jl. Ir. Juanda dikeluhkan warga.

Solopos.com, SOLO — Warga kembali mengeluhkan kondisi Jl. Ir. Juanda, khususnya di Kelurahan Purwodiningratan dari Simpang Empat Warung Pelem ke Timur.

Promosi Selamat! Direktur Utama Pegadaian Raih Penghargaan Best 50 CEO 2024

Mereka menilai pekerjaan pengaspalan untuk menutup bekas galian saluran limbah cair oleh kontraktor, PT. Suburnaya Surabaya, asal-asalan. Juru parkir di Jl. Ir. Juanda, Sutarno, 55, mengatakan hasil pekerjaan pengaspalan kurang memuaskan.

Aspal pada bekas galian lebih rendah dibanding permukaan aspal lama. Selisih tinggi permukaan aspal itu membuat para pengguna jalan khususnya pengendara sepeda motor merasa tidak nyaman.

“Pagi ini ada seorang pengendara motor lelaki yang jatuh karena tergelincir pada aspal yang tidak rata itu. Untung saja orangnya tidak apa-apa,” ujarnya saat ditemui Solopos.com, Minggu (26/3/2017).

Ia mengatakan banyak orang mengeluhkan hasil pekerjaan tersebut. Selain itu, warga mengeluhkan tanah dan pasir dan batu (sirtu) bekas galian yang dibiarkan teronggok di sebelah utara Jl. Ir. Juanda.

“Harusnya bekas galian dibuang, bukan ditaruh di pinggir jalan. Kalau kena air hujan, sebagian pasir meluber ke jalan. Saya tiap pagi saya menyapu jalan yang terhubung dengan Gang Kanggotan karena sering ada kendaraan selip di sana gara-gara pasir bekas galian itu. Saya mengalah menyapu dari pada ada korban jatuh, kan kasihan,” paparnya.

Salah seorang pengguna jalan, Agus, 41, mengatakan sepeda motor bisa tergelincir di bekas galian meski bagian itu sudah diaspal. Permukaan aspal di bekas galian seharusnya rata dengan permukaan jalan lama.

“Kondisi ini riskan bagi pengendara motor seperti saya,” kata warga Kampung Wonosaren, Kelurahan Jagalan itu saat ditemui Solopos.com, Minggu.

Salah seorang penarik becak yang enggan disebutkan namanya juga mengeluhkan aspal pada bekas galian saluran limbah. Saat salah satu roda masuk ke aspal bekas galian, becak berpotensi oleng dan bisa terjatuh. “Apalagi kalau hujan, jadi tambah licin,” katanya.

Pelaksana proyek dari PT Suburnaya Surabaya, Teguh Prakoso, mengatakan perbedaan ketinggian bekas galian dengan permukaan aspal lama terjadi karena kendala alat. Galian di Jl. Ir. Juanda memiliki lebar 40-50 cm.

Sementara alat untuk memadatkan aspal yang biasa disebut baby roller milik pelaksana memiliki lebar 80 cm. Hal itu membuat adanya selisih ketinggian aspal.

“Nanti ada perbaikan untuk meratakan lagi. Kami akan berusaha membenahi lagi karena kami mengerjakan saluran sepanjang 30 km,” tuturnya.

 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya