SOLOPOS.COM - TSTJ Solo (JIBI/SOLOPOS/dok)

Ratusan pohon di kawasan TSTJ Solo bakal terkena dampak pembangunan parapet.

Solopos.com, SOLO — Ratusan pohon di sempadan Sungai Bengawan Solo, kompleks Taman Satwa Taru Jurug (TSTJ) bakal terdampak proyek pembangunan parapet.

Promosi Lebaran Zaman Now, Saatnya Bagi-bagi THR Emas dari Pegadaian

Parapet dibangun untuk pengendalian banjir di hilir Sungai Bengawan Solo. Direktur Utama (Dirut) Perusahaan Daerah (Perusda) TSTJ, Bimo Wahyu Widodo Dasir Santoso, mengatakan pembangunan parapet merupakan salah satu langkah persiapan revitalisasi kebun binatang yang rencananya digelontor anggaran Rp170 miliar itu.

“Pembangunan parapet bagian dari support untuk proyek revitalisasi TSTJ. Percuma kalau kebun binatang sudah dibangun sedemikian rupa tapi kebanjiran terus. Salah satu upaya untuk mengatasi banjir di Jurug ya dengan pembangunan ini,” kata dia saat berbincang dengan Solopos.com, Minggu (30/10/2016).

Bimo membeberkan proyek pelebaran sungai dan pembangunan parapet sepanjang 1,2 kilometer oleh Balai Besar Wilayah Sungai Bengawan Solo (BBWSBS) ini bakal berdampak pada ratusan pohon di sempadan sungai.

“Sedang diajukan penebangan 177 pohon di TSTJ. Pohon-pohon ini tumbuh di sempadan sungai. Setiap air Sungai Bengawan Solo naik, pasti paling awal terendam sebelum air masuk menggenangi warung hingga kandang Kuda Nil,” jelas dia.

Menurut Bimo, penebangan pohon tersebut hingga saat ini belum terealisasi dan masih menanti keputusan Wali Kota Solo F.X. Hadi Rudyatmo. Sementara pembangunan parapet segera dikerjakan setelah izin penebangan pohon di TSTJ keluar.

“Ini masih menunggu keputusan Pak Wali. Kami hanya ketempatan. Untuk kajian penebangan juga sudah kami bicarakan dengan tim khusus dari BLH, DKP, akademisi, legislator, dan perwakilan masyarakat pencinta lingkungan,” bebernya.

Terpisah, saat ditemui di car free day Jl. Slamet Riyadi, anggota Tim Kajian Tanaman dan Lansekap Kota Solo, Miftahul A. Rozaq, mengatakan sudah beberapa kali mengecek bakal lokasi terdampak pembangunan parapet Sungai Bengawan Solo di TSTJ.

“Prosesnya jalan dari bulan lalu. Dari sana mengajukan dua kali usulan. Pertama, ada 214 pohon yang bakal ditebang. Setelah negosiasi, akhirnya beberapa pohon yang berusia ratusan tahun batal ditebang. Bentuk parapet akan dibuat menyesuaikan kondisi lingkungan,” jelasnya.

Miftah mengatakan timnya bakal memantau proses pengajuan, persetujuan, hingga penggantian pohon. Mengacu Perda No. 10/2015 tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup, setiap pohon yang ditebang wajib diganti dengan 10 pohon dengan ketinggian minimal tiga meter.

“Mereka sudah berjanji tidak semua pohon nantinya ditebang. Ada juga pohon yang dipindah. Setiap pohon yang ditebang kelak diganti. Minimal ketinggian pohon sama sehingga daya dukung lingkungan terpenuhi dan ruang terbuka hijau bisa terus bertambah,” kata dia.

Sementara itu, anggota Komisi II DPRD Solo, Ginda Ferachtriawan, menyarankan sebisa mungkin penebangan pohon diminimalkan. “Saran kami, pohon yang bisa dipertahankan tidak ditebang. Salah satu caranya dengan mengganti desain parapet menyesuaikan bentuk lingkungan di sana. Tidak lurus tidak apa-apa,” jelasnya.

Dia mewanti-wanti jika kelak Wali Kota merestui rencana penebangan pohon untuk kepentingan pengendalian banjir itu, pihak yang mengusulkan penebangan pohon benar-benar menepati komitmen penggantian pohon.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya