SOLOPOS.COM - Desain flyover Manahan. (Farida Trisnaningtyas/JIBI/Solopos)

Infrastruktur Solo, PT KAI mengusulkan agar flyover Manahan dilengkapi underspass untuk pejalan kaki.

Solopos.com, SOLO — PT Kereta Api Indonesia (KAI) dan Pemkot Solo belum satu suara terkait rencana pembangunan flyover (jalan layang) Manahan. PT KAI meminta perlintasan sebidang dimatikan.

Promosi Lebaran Zaman Now, Saatnya Bagi-bagi THR Emas dari Pegadaian

Di sisi lain, Pemkot tetap berkukuh perlintasan sebidang diaktifkan guna mengakomodasi pengemudi becak dan pesepada maupun pejalan kaki. Hal itu mengemuka dalam rapat koordinasi (rakor) pembahasan flyover Manahan di ruang rapat Wali Kota, Selasa (14/2/2017).

Rakor dipimpin Sekretaris Daerah (Sekda) Budi Yulistianto didampingi organisasi perangkat daerah (OPD) terkait dan diikuti perwakilan PT KAI Daops VI/Yogyakarta, serta Pusat Penelitian dan Pengembangan Jalan dan Jembatan (Pusjatan) Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR). Rakor tertutup itu berjalan alot sehingga belum membuahkan desain rencana yang pasti.

Pejabat humas PT KAI Daops VI Yogyakarta, Eko Budiyanto, seusai rakor mengatakan masih akan dikaji lebih lanjut terkait pembangunan flyover. “Hasil rakor tadi masih akan ada kajian lagi. Kalau dari kami [PT KAI] tetap meminta perlintasan sebidang dimatikan,” katanya.

Idealnya perlintasan sebidang tidak dioperasikan jika flyover dibangun. Hal ini sesuai UU No. 23/2007 tentang Perkeretaapian. Pertimbangan lain ke depan ada elektrifikasi dan double track kereta api, serta kanan dan kiri terdapat pipa dan saluran kabel. (Baca juga: Flyover Manahan Perlu Dilengkapi Jembatan Khusus Pejalan Kaki dan Pesepeda)

Dengan demikian tingkat frekuensi kereta api melintas akan semakin tinggi sehingga perlintasan sebidang direkomendasikan dimatikan. Disinggung flyover Palur yang tetap mengaktifkan perlintasan sebidang, Eko menilai hal itu tidak ideal sesuai UU Perkeretaapian.

“Jadi kami minta tetap dimatikan [perlintasan sebidang]. Flyover berfungsi penuh jangan sampai ada perlintasan sebidang,” katanya.

PT KAI tidak memungkiri getolnya Pemkot mempertahankan perlintasan sebidang untuk mengakomodasi pengguna jalan nonkendaraan. Sebagai solusi, PT KAI mengusulkan agar dibangunkan underpass untuk mengakomodasi pengguna jalan nonkendaraan tersebut.

Pembangunan underpass lebih memungkinkan agar perlintasan sebidang mati. Namun, usulan ini masih dikaji lagi.

Kepala Dinas Perhubungan (Dishub) Solo, Hari Prihatno, mengatakan Pemkot belum memikirkan untuk pembanguan underpass bagi pesepeda dan becak. Menurut dia, usulan pembangunan underpass tersebut merupakan solusi jangka panjang.

Pemkot tetap akan mengaktifkan perlintasan sebidang untuk mengakomodasi pengguna jalan nonkendaraan. Konsepnya perlintasan sebidang akan dibuat dua di kanan dan kiri bawah flyover.

Itu [underpass] baru usulan. Mungkin itu jangka panjang karena butuh anggaran besar lagi untuk membangun underpass,” katanya.

Pembangunan flyover saat ini mendesak dikerjakan untuk mengurai kepadatan lalu lintas di perlintasan sebidang. Desain pembangunan flyover Manahan pun hingga kini belum ditetapkan. Desain flyover masih menunggu rekayasa lalu lintas yang kini tengah dikebut Dishub.

“Kami targetkan sepekan rekayasa lalu lintas selesai. Baru nanti desain flyover menyesuaikan rekayasa lalu lintasnya,” ujarnya.

Lebih lanjut, Hari menjelaskan rekayasa lalu lintas akan menentukan desain pembangunan flyover. Hari pun tak memungkiri bisa terjadi perubahan desain flyover.

“Kami akan menyiapkan rekayasa lalu lintas sebelum dan sesudah flyover beroperasi. Termasuk rekayasa BST [Batik Solo Trans] di jalur sana,” katanya.

Perwakilan Pusjatan Kementerian PUPR, Handiyana, mengatakan rencana pembangunan flyover Manahan baru tahap penyusunan desain dasar. Dalam desain itu, dia memaparkan flyover Manahan tidak memungkinkan dilewati becak dan sepeda ontel sehingga dibutuhkan perlintasan sebidang di kanan dan kiri di bawah flyover.

“Tinggi flyover nanti direncanakan delapan meter lebih di atas rel. Sekarang kami tinggal menyusun DED [detail engineering design] sebulan ini nanti lanjut pembangunan yang ditarget butuh waktu enam bulan,” katanya.

Selain mempertimbangkan pengemudi becak dan pesepeda, menurut dia, yang lebih penting jalur bawah flyover diaktifkan agar perekonomian di sana tetap berputar. Hal ini mempertimbangkan keberadaan toko-toko di sepanjang jalan tersebut.

 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya