SOLOPOS.COM - Panduan Informasi dan Inspirasi

Infrastruktur Solo, menurunnya omzet pedagang kios Terminal Tirtonadi merupakan sebuah anomali pembangunan.

Solopos.com, SOLO–Temuan menurunnya omzet pedagang kios Terminal Tirtonadi pascapembangunan terminal besar-besaran dinilai menjadi sebuah anomali. Komisi III DPRD akan menggelar studi dan serap aspirasi untuk mencari akar dan solusi penurunan omzet pedagang.

Promosi Jalur Mudik Pantura Jawa Makin Adem Berkat Trembesi

Anggota Komisi III, Suharsono, mengatakan pedagang mengalami penurunan penghasilan hingga 90% setelah terminal dibangun dengan dana miliaran. Anjloknya omzet berdampak pada penolakan pedagang atas kenaikan retribusi kios terminal per awal Juli lalu.

Menurut Suharsono, omzet pedagang logikanya stabil atau bertambah setelah pembenahan terminal. Dengan demikian pendapatan asli daerah (PAD) dari retribusi terminal berangsur meningkat. Namun yang terjadi justru sebaliknya. “Entah istilahnya anomali atau apa, kasus ini perlu didalami lebih dari sekadar urusan membayar retribusi. Pemkot perlu memikirkan bagaimana mengembalikan gairah perdagangan di kios terminal,” ujar Suharsono saat berbincang dengan Solopos.com, Sabtu (30/7/2016).

Suharsono mengatakan sirkulasi penumpang di terminal yang mencapai 12.000 orang per hari mestinya menjadi katalis untuk meramaikan kios pedagang. Dia tidak melihat sepak terjang pedagang asongan menjadi pesaing pedagang kios lantaran komoditasnya relatif berbeda. Di sisi lain, Suharsono menilai pedagang kios sudah berupaya menggaet pembeli dengan memasang daftar harga yang terjangkau serta menjaga kebersihan.

“Dalam waktu dekat Komisi III dan SKPD terkait akan turun ke lapangan. Kami ingin tahu situasi riil sekaligus menyerap aspirasi pedagang. Kami akui selama ini kondisi kios terminal luput dari pengamatan,” ujarnya.

Wakil Ketua Komisi III, Sugeng Riyanto, memertanyakan sepinya kios pedagang di tengah sirkulasi terminal yang stabil. UPTD Terminal Tirtonadi mengklaim terminal disambangi 9.000-10.000 orang pada hari biasa. Pengunjung terminal bisa mencapai 12.000 orang per hari di akhir pekan.

“Mestinya mereka melewati peron. Dengan demikian mereka otomatis melalui kios-kios di terminal. Masalahnya kenapa warga tidak mau mampir (ke kios)? Apa betul omzet pedagang turun drastis? Ini yang perlu kajian terukur.”

Disinggung pedagang yang mengeluh banyak penumpang yang naik turun di luar terminal, dia meminta UPTD segera menindak. Ihwal keberatan terkait kenaikan retribusi, Sugeng mendorong pedagang meminta keringanan langsung pada Wali Kota. Hal itu diatur dalam Perwali No.32/2013.

Diketahui pedagang kios terminal keberatan dengan kenaikan tarif retribusi dari Rp220/m2/hari menjadi Rp350/m2/hari. Kenaikan itu membuat rata-rata pedagang harus membayar Rp7.000 per hari atau Rp210.000 per bulan. Sebelumnya mereka hanya ditarik Rp4.400 per hari atau Rp132.000 per bulan. Angka itu dihitung dari luas kios pedagang yakni 20 meter persegi.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya