SOLOPOS.COM - Kali Pepe, Solo (JIBI/Solopos/Dok)

Infrastruktur Solo, BBWSBS mengerjakan sejumlah proyek pengendalian banjir di Kota Bengawan.

Solopos.com, SOLO — Proyek pengendalian banjir oleh Balai Besar Wilayah Sungai Bengawan Solo (BBWSBS) di Kota Solo tersendat. Kondisi itu dipicu belum kelarnya program relokasi warga di bantaran Sungai Bengawan Solo, Kali Pepe, dan Kali Anyar.

Promosi Jalur Mudik Pantura Jawa Makin Adem Berkat Trembesi

Oleh sebab itu, BBWSBS mendesak Pemerintah Kota (Pemkot) segera merampungkan program relokasi. Ditargetkan pertengahan tahun ini bantaran sungai sudah bebas dari hunian.

Hal itu disampaikan Pejabat Pembuat Komitmen (PPKom) Sungai Pantai III BBWSBS Arlendenovega ketika dijumpai wartawan seusai rapat koordinasi dengan Pemkot di Balai Kota, Senin (27/2/2017). Rakor digelar tertutup yang diikuti Wali Kota Solo F.X. Hadi Rudyatmo.

“Dalam rakor itu kami sampaikan terkait progress pelaksanaan proyek BBWSBS yang dikerjakan di Solo,” kata dia. Ada tiga paket proyek penanggulangan banjir di Kota Bengawan, dengan menelan anggaran Rp400 miliar. Proyek tersebut dikerjakan dengan sistem multiyears, mulai akhir tahun lalu hingga akhir 2018 mendatang.

Ketiga paket pekerjaan meliputi, pembangunan parapet Demangan-Jembatan Mojo, normalisasi sungai dari jembatan Bandara Adisumarmo-Kali Pepe, serta pembangunan bendung dan embung karet Tirtonadi. “Ketiga proyek sudah berjalan, tapi ada hambatan karena belum semua warga di bantaran direlokasi,” katanya.

Warga tersebut tak hanya berada di bantaran Sungai Bengawan Solo, namun juga tersebar di bantaran Kali Pepe dan Kali Anyar. Dengan belum kelarnya program relokasi ini berdampak pada pelaksanaan proyek BBWSBS. Pihaknya sudah menjalin komunikasi dengan Pemkot agar mempercepat penyelesaian warga bantaran terdampak proyek BBWSBS.

Mengingat sesuai kontrak kerja, BBWSBS hanya melaksanakan kegiatan fisik. Sedangkan penyelesaian nonteknis seperti pembebasan lahan dan relokasi ditangani oleh Pemkot setempat.

Seperti halnya proyek pembangunan bendung dan embung karet Tirtonadi hingga kini masih terganjal pembebasan lahan dari Pemkot. Berdasarkan data terdapat ratusan kepala keluarga (KK) yang tinggal di bantaran Kali Pepe dan bakal terkena proyek pembangunan itu.

Relokasi warga masih menunggu pembangunan rumah susun sewa sederhana (Rusunawa) di Tempat Pembuangan Akhir (TPA) Putri Cempo, Mojosongo.

“Kami berharap pertengahan tahun, bantaran sudah bersih dari hunian. Jadi kami bisa melaksanakan kegiatan fisik,” katanya.

Selain bendung karet Tirtonadi dan normalisasi Kali Pepe, proyek lain yang dikerjakan BBWSBS adalah pembangunan parapet sepanjang 4,2 km dari Demangan hingga Jembatan Mojo. Parapet dibangun untuk pengendalian banjir Sungai Bengawan Solo.

Namun pembangunan parapet juga masih terganjal banyaknya hunian warga yang hingga kini masih bertahan di bantaran Sungai Bengawan Solo. Hal ini masih menjadi pekerjaan rumah (PR) bagi Pemkot terkait program relokasi warga bantaran Sungai Bengawan Solo.

“Masalah ini masih terus kami koordinasikan dengan Pemkot. Sejauh ini proyek kami kerjakan di zona bebas hunian dulu, seperti parapet Jurug,” katanya.

Wali Kota F.X. Hadi Rudyatmo mengatakan siap mempercepat proses penyelesaian program relokasi warga bantaran. Rudy, sapaan akrabnya mengaku untuk penyelesaian relokasi di bantaran Sungai Bengawan Solo masih terhambat banyaknya pemilik bangunan berstatus hak milik (HM) yang belum menyepakati nilai ganti rugi lahan dan bangunan.

“Mudah-mudahan pertengahan tahun bisa selesai sesuai harapan. Kalau yang bantaran Kali Pepe dan Kali Anyar kami siapkan rusunawa. Jika tidak mau, ya nanti kami tawarkan sama seperti warga bantaran Bengawan Solo,” kata dia.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya