SOLOPOS.COM - Calon penumpang duduk di kursi tunggu Terminal Jombor sembari menunggu bus berangkat, Senin (6/7/2015). (Harian Jogja/Bernadheta Dian Saraswati)

Infrastruktur Sleman berupa terminal Jombor akan dialihkan jadi milik Pemerintah DIY

Harianjogja.com, SLEMAN– Rencana pengalihan operasional Terminal Jombor dari Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Sleman ke Pemerintah DIY berdampak pada berkurangnya pendapatan asli daerah (PAD).

Promosi Mitsubishi XForce: Stylish untuk Wanita, Praktis buat Ibu Muda

Pasalnya, terminal tersebut menjadi sumber pendapatan retribusi terbesar dibandingkan dengan terminal lainnya.

Menurut Kepala Seksi Angkutan dan Terminal Dinas Perhubungan, Komunikasi, dan Informatika (Dishubkominfo) Sleman Marjanto, jika terminal Jombor diambil alih pendapatan dari retribusi terminal akan turun.

Dia menyebut, pendapatan retribusi dari Terminal Jombor paling besar jika dibandingkan empat terminal lain di Sleman.

Selama 2015, capaian retribusi dari terminal tipe B tersebut sebesar Rp194,7 juta. Nilai tersebut berasal dari pungutan retribusi terminal (angkutan) sebesar Rp118,5 juta, retribusi dari armada TransJogja Rp46,7 juta, retribusi fasilitas MCK Rp16,8 juta, loket dan PKL sekitar Rp12,6 juta.

Sementara terminal Condongcatur, katanya, selama 2015 hanya mampu menyumbang total pendapatan retribusi Rp128 juta, antara lain dari retribusi terminal Rp16,2 juta dan retribusi TransJogja Rp90,5 juta. Sementara terminal Gamping dan Prambanan kontribusinya jauh lebih kecil dari Terminal Condongcatur.

Menurut dia, selama ini pendapatan retribusi banyak terbantu oleh sejumlah trayek TransJogja yang masuk ke terminal. Di Jombor, misalnya, terdapat dua trayek Transjogja. Sementara terminal Condongcatur empat trayek, dan Prambanan satu trayek.

Bersambung halaman 2


Jika tidak dibantu oleh trayek Transjogja, kata Marjanto, pendapatan masing-masing terminal akan semakin kecil lagi. “Kami harus mencari alternatif potensi lainnya agar berkurangnya pendapatan bisa diatasi,” kata Marjanto di kantornya, Kamis (18/8/2016).

Dia mengakui, mencari potensi penarikan retribusi cukup sulit karena sarana angkutan umum dan jumlah penumpang terus menurun. Salah satu upaya untuk menjaga pendapatan, pihaknya akan melakukan optimalisasi penarikan retribusi MCK di terminal.

Meski hasilnya diakui tidak terlalu besar namun upaya tersebut bisa saja dilakukan. “Ya hasilnya mungkin tidak seberapa karena jumlah penumpang semakin hari terus menurun. Sementara fasilitas MCK sangat dipengaruhi trafik penumpang,” katanya.

Terpisah, Kepala Bidang Pendaftaran dan Pendataan, Dinas Pendapatan Daerah (Dispenda) Sleman, Fahmi Khoiri mengatakan, pendapatan daerah dari retribusi jasa usaha terminal pada 2015 mencapai Rp410,7 juta atau 102 persen dari target yang ditetapkan sebesar Rp400,2 juta.

“Tahun ini, targetnya hanya dipatok Rp382,4 juta. Sampai Mei baru terealisasi Rp152 juta. Data bulan Juni-Juli belum masuk,” katanya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya