SOLOPOS.COM - Rancangan simpang Jl. Majapahit dalam rencana pembangunan Semarang Outer Ring Road (SORR) 2010. (bappeda.semarangkota.go)

Infrastruktur Semarang Outer Ring Road (SORR) yang sejak mula dirancang bisa dilalui secara gratis diklaim Bappeda belum pasti menjadi jalan tol yang berbayar.

Semarangpos.com, SEMARANG —  Badan Perencanaan Pembangunan Daerah (Bappeda) Kota Semarang mengklaim perubahan skema infrastruktur Semarang Outer Ring Road (SORR) yang sejak mula dirancang bisa dilalui secara gratis menjadi jalan tol yang berbayar belum pasti.

Promosi Wealth Management BRI Prioritas Raih Penghargaan Asia Trailblazer Awards 2024

Skema anyar pengoperasian infrastruktur SORR yang lama diidam-idamkan warga menjadi solusi atas kepadatan arus lalu lintas di Kota Semarang itu masih dikaji pemerintah pusat. “Berubahnya SORR jadi tol tidak masalah. Hanya pada manajemen lalu lintasnya saja. Kalau SORR tidak berbayar, kalau tol berbayar,” tukas Sekretaris Bappeda Kota Semarang M. Farchan di Semarang, Jumat (26/1/2018).

Ekspedisi Mudik 2024

[Baca juga Pemkot Semarang Tak Kunjung Bebaskan Lahan SORR, BPN Menunggu…]

Pemerintah Kota Semarang, kata dia, hanya berperan melakukan pembebasan lahan untuk pembangunan SORR, namun untuk pembangunan dan aturan mainnya diserahkan kepada pemerintah pusat. Menurut dia, tidak ada perubahan detail engineering design (DED) SORR, tetapi pasti ada penyesuaian-penyesuaian, misalnya keberadaan pintu tol ditempatkan di titik mana, dan sebagainya.

“Secara prinsip, tidak ada perubahan DED. Kalau ada perubahan sedikit, biasa karena perlu penyesuaian. Sekarang ini, masih dikaji Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat [PUPR],” katanya.

Mengenai pengelolaan, kata dia, tetap diserahkan kepada pemerintah, namun kalau jalur tol bisa dijual atau dikelola oleh pihak ketiga, berbeda fungsi dengan jalur tol Trans Jawa Semarang-Batang. “Fungsi SORR ini lebih untuk memfasilitasi transportasi di kawasan industri maupun pelabuhan, kalau Tol Trans Jawa kan lebih bersifat pelayanan kendaraan umum dari arah luar kota,” katanya.

Sementara itu, Kepala Dinas Pekerjaan Umum Kota Semarang Iswar Aminuddin membenarkan perubahan skema pembangunan SORR menjadi jalur tol karena kemampuan keuangan daerah yang tidak memungkinkan. “Model pembangunan sekarang dengan investasi swasta karena secara kemampuan anggaran pemerintah belum cukup. Fungsinya [SORR] juga berbeda dengan Tol Trans Jawa Semarang-Batang,” katanya.

[Baca juga Lahan Tak Kunjung Dibebaskan, Status SORR Mendadak Jadi Tol]

Ia mengatakan perubahan skema Semarang Outer Ring Road alias SORR itu masih dalam kajian pemerintah pusat yang tentunya keputusan nantinya juga didasarkan pada kajian manual kapasitas jalan Indonesia (MKJI). Jalur SORR, kata dia, berfungsi sebagai konektivitas antarkawasan industri, pelabuhan, bandara, dan tol sehingga berbeda fungsi dengan Tol Trans Jawa Semarang-Batang yang sedang dibangun.

Wali Kota Semarang Hendrar Prihadi sebelumnya menyampaikan kemungkinan perubahan skema SORR menjadi tol karena pembiayaan pembangunan dari pemerintah untuk tol lebih cepat terealisasi. “Pertimbangan kami, mana yang paling cepat. Sekiranya paling cepat adalah jalan tol, ya, tidak apa-apa. Tetapi, kalau tetap jadi jalur arteri, ya, kami lebih senang,” kata Hendi, sapaan akrab orang nomor satu di Kota Semarang itu.

KLIK dan LIKE di sini untuk lebih banyak berita Semarang Raya

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya