SOLOPOS.COM - Sekretaris Daerah (Sekda) Klaten, Jaka Sawaldi (dua dari kanan), saat meninjau Sub Terminal Delanggu, Kamis (30/6/2016). Sejumlah pemilik kios di lokasi tersebut mengeluhkan sepinya kondisi sub terminal dalam beberapa tahun terakhir. (Ponco Suseno/JIBI/Solopos)

Infrastruktur Klaten, sepinya sub terminal Delanggu mempengaruhi pendapatan pemilik kios.

Solopos.com, KLATEN–Sejumlah pemilik kios di Sub Terminal Delanggu mengeluhkan sepinya kondisi sub terminal tersebut dalam beberapa tahun terakhir. Sepinya sub terminal ini dinilai mempengaruhi pendapatan para pemilik kios.

Promosi Jalur Mudik Pantura Jawa Makin Adem Berkat Trembesi

Berdasarkan pantauan Solopos.com di lapangan, kondisi Sub Terminal Delanggu terkesan mangkrak. Sub terminal yang didirikan sejak 1998 itu sudah berubah fungsi, yakni dari lokasi untuk menaikkan dan menurunkan penumpang menjadi lokasi parkir minibus angkutan Penggung-Kartasura dan bus malam jurusan Klaten-Jakarta.

“Dahulu [awal berdirinya], sub terminal ini masih digunakan untuk menaikkan dan menurunkan penumpang. Kondisinya lumayan ramai. Pendapatan saya juga lumayan [rata-rata Rp1 juta per hari]. Saat kondisi sub terminal sepi seperti ini, pendapatan saya juga menurun drastis [berkisar Rp200.000 per hari],” kata pemilik toko kelontong dan warung makan di kompleks Sub Terminal Delanggu, Marni, 47, saat ditemui Solopos.com, Kamis (30/6/2016).

Marni mengatakan Sub Terminal Delanggu bakal ramai sewaktu bus jurusan Solo-Jogja diwajibkan masuk ke sub terminal saat melintas. Kenyataannya, bus Solo-Jogja enggan berhenti di sub terminal karena kondisinya sepi.

“Kalau bus Solo-Jogja bisa masuk ke sini, dagangan saya laris kembali. Harapan saya sebagai pedagang dan pemilik kios seperti itu,” katanya.

Hal senada dijelaskan tokoh masyarakat di Sub Terminal Delanggu, Mulat Dwi. Sepinya Sub Terminal Delanggu disebabkan bus Solo-Jogja tidak memaksimalkan sub terminal itu untuk menaikkan dan menurunkan penumpang. Total kios di Sub Terminal Delanggu berkisar 49 kios. Seluruh kios tersebut sudah menjadi hak milik warga yang menempati.

“Setelah berdiri [era 1998], sub terminal ini sempat difungsikan bus Solo-Jogja untuk menaikkan dan menurunkan penumpang. Tapi, hal itu hanya berlangsung di satu bulan pertama. Setelah itu, bus Solo-Jogja enggan masuk ke sub terminal ini,” kata Dwi yang juga selaku Ketua RT 031/RW 008 itu.

Koordinator Sub Terminal Delanggu, Joko Herujito, mengakui kondisi sub terminal memang sepi. Sering kali, sub terminal hanya dijadikan sebagai tempat parkir minibus angkutan umum jurusan Penggung-Kartasura.

“Di pagi hari, memang ada beberapa bus malam dan angkutan umum. Begitu pukul 14.00 WIB, kondisinya langsung sepi karena bus malam beroperasi dan angkutan umum sudah tidak ada. Dari segi retribusi, nilanya juga tidak besar [retribusi angkutan umum senilai Rp1.000 per masuk sub terminal],” katanya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya