SOLOPOS.COM - Panduan Informasi dan Inspirasi

GUNUNGKIDUL—Meski warga Dusun Pringombo, Desa Natah, sebagian besar wargannya bertani ganyong, namun bukan perkara mudah bagi mereka untuk memasarkan bahan baku pembuat makanan seperti tiwul, lapis, krecek itu.

Akses infrastuktur yang sulit, menjadi penyebab ganyong sulit untuk dipasarkan secara luas. Jalan untuk memasuki dusun itu, berkelok-kelok dan menukik. Pembangunan jalan cor sepanjang 1.675m sejak tahun 2006 lalu, tetap tidak membuat perubahan di perkampungan yang pada 2010 lalu merupakan wilayah terisolir lantaran tidak tersedianya listrik dan air.

Promosi Jalur Mudik Pantura Jawa Makin Adem Berkat Trembesi

Menurut kepala Dusun Pringombo, Wasiman, 58, total penduduk di dusunnya berjumlah 80 KK. Selain menanam padi, mereka juga menanam ganyong. “Selama ini pesanan datang hanya dari Pasar Ngalang, Semin, Ngawen,” katanya kepada Harian Jogja, Rabu, (29/6).

Dia menambahkan, pembeli  kebanyakan merupakan pedagang cendol. Sebenarnya, pada tahun 2010 pihak Universitas Gadjah Mada (UGM) pernah memberikan tawaran kepada warga untuk menyuplai ganyong. “Waktu itu pihak UGM meminta kami untuk disuplai seminggu dua kali. Namun warga tidak sanggup,” ungkapnya.(Harian Jogja/Kurniyanto)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya