SOLOPOS.COM - Warga menyebrangi sungai Oya di Dusun Jelok Desa Beji, Patuk, Gunungkidul dengan Gethek dayung. Gethek tersebut menjadi alternatif transportasi selama jembatan yang menjadi satu-satunya akses dalam masa perbaikan, Kamis (25/8/2016). (Mayang Nova Lestari/JIBI/Harian Jogja)

Infratsruktur Gunungkidul di Dusun Jelok.

Harianjogja.co, GUNUNGKIDUL — Infrastruktur Gunungkidul berupa jembatan gantung penyebrangan sungai Oyo yang diperbaiki di Dusun Jelok, Desa Beji, Kecamatan Patuk tak membatasi akses warga setempat untuk beraktivitas. Pasalnya, warga jelok memiliki kreativitas sendiri untuk mengatasi putusnya satu-satunya sarana warga untuk keluar masuk dusun, salah satunya yakni dengan pengadaan rakitan bambu yang disebut gethek untuk menyebrang sungai.

Promosi Pramudya Kusumawardana Bukti Kejamnya Netizen Indonesia

Seorang warga Dusun Jelok, Subandi selaku koordinator penyebrangan Subandi mengaku, ide awal tersebut memang muncul secara mendesak karena kebutuhan warga Jelok. Tujuan utamanya pun tak terbesit sama sekali untuk memperoleh penghasilan atau keuntungan rupiah. Subandi dan warga lainnya membuat alternatif tersebut semata-mata untuk mempermudah akses masyarakat terlebih selama perbaikan jembatan. Untuk itu, tak banyak ongkos yang ditarik untuk dapat menyebrang dengan menggunakan gethek buatan sederhana tersebut, hanya Rp2.000 setiap orangnya.

“Utamanya untuk bantu anak-anak yang mau sekolah, kasihan, makanya kita usahakan dengan pengadaan gethek ini,” kata dia, Kamis (25/8/2016)

Terdapat dua buah gethek yang beroperasi, keduanya siaga di masing-masing bibir sungai untuk mengantar warga yang ingin menyebrang ke sisi sungai. Terdapat tiga orang warga yang mengoperasikan gethek tersebut, uniknya gethek dioperasikan dengan cara di dayung dengan alat dayung. Subandi mengatakan, bahwa transportasi gethek tersebut justru menjadi daya Tarik tersebdiri bagi sejumlah orang.

Kebetulan lokasi tersebut merupakan akses yang sama untuk menuju salah satu kawasan desa wisata, yakni Dewi Jelok. Diakuinya para pengunjung yang datang justru menganggap hal tersebut menjadi paket wisata dan dimanfaatkan untuk berfoto dan sebagai wahana wisata air. Namun meski begitu, Subandi mengaku belum mengetahui langkah yang dilanjutkan selanjutnya setelah jembatan selesai diperbaiki. Apakah akan melanjutkan pengadaan wisata gethek atau tidak, tentu hanya pada saat musim kemarau saja dimana arus air sungai Oyo tak terlalu kencang.

Sementara itu, salah seorang warga Jelok, Eri mengatakan baru pertama kali merasakan sensasi menyebrang dengan gethek tersebut. Biasanya tentu melewati jembatan gantung. salah satu pedagang makanan di Dewi Jelok tersebut mengaku perasaan khawatir ketika akan menyebrang cukup mengusiknya.

“Deg-degan sekali ketika menyebrang, tapi ternyata cukup aman,” ujarnya sesaat sampai di tepi sungai.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya