SOLOPOS.COM - Sejumlah tong dan spanduk bernada protes terpasang di jalan raya Desa Gagaksipat, Ngemplak, Boyolali, Senin (8/8/2016). (Aries Susanto/JIBI/Solopos)

Infrastruktur Boyolali, warga Gagaksipat memprotes proyek pengaspalan jalan di desanya yang tak kunjung selesai.

Solopos.com, BOYOLALI–Warga Dukuh Gejikan, Desa Gagak Sipat, Ngemplak, memprotes proyek pengaspalan jalan raya di desanya yang tak kunjung dilanjutkan sejak sepekan terakhir. Selain memasang spanduk bernada protes, warga juga memasang sejumlah tong di tengah jalan di kawasan Hotel Gambur Anom itu.

Promosi Beli Emas Bonus Mobil, Pegadaian Serahkan Reward Mobil Brio untuk Nasabah Loyal

Berdasarkan pantauan Solopos.com di lokasi, Senin (8/8/2016), sedikitnya ada enam tong yang dipasang di tengah-tengah jalan. Selain itu, juga bertebaran sejumlah spanduk bernada protes, antara lain “Piye karepe? Sengsoro! Piye Karepe? Rampunge kapan?”. Sejumlah warga dan calon pembeli di warung makan terpaksa memakai masker. Mereka mengeluhkan debu-debu yang beterbangan yang bikin sesak napas.

Ekspedisi Mudik 2024

Ada belasan rumah yang terdampak langsung jalan itu. Selain itu, sejumlah usaha warung makan juga terdampak langsung debu-debu. “Omzet kami turun 50%. Pembeli enggan mampir karena berdebu,” ujar pedagang mi bakso setempat, Sudarso, saat berbincang dengan Solopos.com di tepi jalan.

Sudarso mengaku biasanya mi 4 kg habis terjual. Sekarang, pascamasalah jalan itu, jualan mi 2 kg tak habis. Untuk mengurangi debu yang beterbangan, Sudarso sesekali menyirami sendiri jalan dengan sisa-sisa air sumur. “Apalagi ini enggak ada hujan. Siang malam, kendaraan hilir mudik menerbangkan debu-debu,” papar warga RT 003/ RW 011 Desa Gagaksipat, Ngemplak.

Hal serupa juga dialami pedagang warung makan, Ny Dwi, yang berjualan tepat di sisi selatan jalan bermasalah itu. Ny Dwi mengaku pendapatannya anjlok gara-gara jalan berdebu. “Enggak ada petugas yang menyirami jalan. Setiap hari begini terus, dagangan saya sepi,” akunya.

Tokoh pemuda setempat, Sugeng Prayitno, menjelaskan proyek tersebut tak dilanjutkan sejak sepekan ini. Padahal, jalan sudah diuruk pasir dan batu.

Menurut Sugeng, proyek yang dimulai akhir Juli lalu itu terhenti tanpa diketahui penyebabnya. Warga lantas menemui pemborong dan perangkat desa menyikapi masalah tersebut. Warga dijanjikan bahwa proyek dilanjutkan pada Jumat (5/8/2016). “Namun, janji tinggalah janji. Sampai sekarang proyek tak dilanjutkan. Tak ada upaya menghentikan debu beterbangan, seperti menyiram jalan atau gimana?” lanjutnya.

Inisiatif pemasangan tong dan spaduk protes, kata Sugeng, adalah hasil keputusan rapat RT. Harapannya, pengendara bisa memelankan lajunya ketika melintasi jalan tersebut. Selain itu, pihak berwenang juga segera meresponsnya. “Tahu sendiri kan, jalan ini dilintasi truk pasir siang malam,” ujarnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya