SOLOPOS.COM - Warga melintasi Jembatan Nambangan yang ada di Dusun Nambangan, Seloharjo, Pundong, Bantul, Rabu (13/7/2016). Meskipun sudah pernah ditutup oleh pemerintah karena kondisinya yang rusak dan berbahaya namun masyarakat kembali membuka jembatan ini untuk kepentingan warga sekitar.(Yudho Priambodo/JIBI/Harian Jogja)

Infrastruktur Bantul berupa jembatan nambangan diimbau tak dipakai.

Harianjogja.com, BANTUL– Badan Penanggulangan Bencana Darah (BPBD) Bantul menyatakan jembatan Nambangan yang menghubungan dua desa di Kecamatan Pundong berbahaya. Tidak hanya fondasi bangunan yang rusak, jembatan gantung itu juga terancam longsor.

Promosi Mali, Sang Juara Tanpa Mahkota

(Baca Juga : INFRASTRUKTUR BANTUL : Warga Tolak Rencana Penutupan Jembatan Nambangan)

Ekspedisi Mudik 2024

BPBD telah memasang papan pengumuman di sekitar jembatan Nambangan yang melintasi Sungai Oya dan menghubungkan Desa Srihardono dengan Desa Seloharjo Kecamatan Pundong. Pengumuman itu berisi peringatan rawan longsor di area tersebut.

Sebelumnya, Dinas Pekerjaan Umum (DPU) Bantul juga pernah menutup jembatan agar tidak dilintasi warga lantaran fondasinya telah rusak. Namun warga tetap nekat melintasi jembatan.

Warga Srihardono, Pundong, Bantul, Agung mengatakan jembatan tersebut sangat vital lantaran menjadi akses warga Bantul khususnya yang berasal dari Pundong menuju Kecamatan Panggang, Gunungkidul.

“Selama ini jadi andalan warga. Kalau ke sana dari Srihardono lewat Nambangan hanya butuh waktu 35 sampai 40 menit. Kalau lewat jalan lain yang memutar bisa sampai 50 menit,” tutur Agung.

Agung sendiri memilih mengabaikan instruksi DPU untuk tidak melintasi jembatan sepanjang lebih dari 100 meter dan lebar sekitar satu meter tersebut karena mempercepat perjalanannya ke Gunungkidul. Meski ia mengaku was-was berkendara di atas  jembatan yang bergoyang saat dilintasi tersebut. “Kecuali kalau bawa barang atau boncengan saya enggak berani lewat situ. Kalau cuma naik motor sendiri masih berani,” tuturnya.

Kepala BPBD Bantul Dwi Daryanto mengatakan Desa Srihardono dan Seloharjo, Pundong selama ini tercatat sebagai lokasi rawan longsor. Dalam dua tahun terakhir BPBD mencatat terjadi hingga enam kali longsor khusus di Desa Seloharjo saja. Longsor biasanya terjadi saat hujan deras.

“Meski longsor yang pernah terjadi masih skala kecil tapi daerah ini sangat sering terjadi longsor,”papar dia.

Ia menyarankan warga setempat mengikuti instruksi DPU untuk tidak lagi melintasi jembatan yang dibangun pada 2004 itu. Dikhawatirkan jembatan ambruk lantaran kerusakan fondasi bangunan atau longsornya tanah di sekitar jembatan yang dapat menelan korban.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya