SOLOPOS.COM - Bangunan dam di bawah jembatan Ngablak, Desa Sitimulyo yang ambrol. Foto diambil Senin (26/10/2015) pagi. (JIBI/Harian Jogja/Arief Junianto)

Infrastruktur Bantul berupa dam yang ambrol diatasi secara swadaya.

Harianjogja.com, BANTUL-Saat musim kemarau seperti ini, dam penahan air di bawah jembatan di Dusun Ngablak, Desa Sitimulyo yang ambrol dampaknya memang belum begitu terasa. Situasi dikhawatirkan berubah saat musim penghujan. Gerusan air kian membuat tebing itu ambrol.

Promosi Kisah Pangeran Samudra di Balik Tipu-Tipu Ritual Seks Gunung Kemukus

Hal itulah yang kemudian membuat Munawwir, warga RT 02 Dusun Jlamprang Kidul lantas berinisiatif melakukan tindakan darurat dengan membangun talud secara manual. Untuk itu, ia harus merogoh koceknya sendiri hingga mencapai Rp40 juta lebih.

“Padahal harusnya ini kewajiban pemerintah kan,” ucapnya, Senin (26/10/2015).

Terpisah, Kepala Desa Sitimulyo, Juweni membenarkan pihaknya telah mendapatkan laporan dari warga terkait ambrolnya dam tersebut. Selaku pemdes, ia pun sudah meneruskan laporan itu kepada Pemkab Bantul.

“Akan tetapi, sampai kini, saya pun belum mendapatkan kabar tindak lanjutnya,” kata Juweni.

Tak hanya mencemaskan pemukiman warga, ambrolnya dam itu juga dikhawatirkannya akan mengancam keberadaan jembatan Ngablak tersebut. Pasalnya, tebing tanah yang menopang jembatan itu kini sudah mulai tergerus air sungai.

Itulah sebabnya, saat musim hujan, bukan tidak mungkin gerusan air semakin membuat tebing tanah penopang jembatan keropos. Kalau sudah seperti ini, bukan tidak mungkin kaki penopang jembatan yang dibangun sejak 2004 itu pun akan amblas.

Perparah dampak kekeringan

Ambrolnya dam itu ternyata tak hanya mengancam bangunan di sekitarnya. Beberapa warga yang berlokasi di sisi utara dam itu pun turut merasakan dampaknya.

Romadhon, warga Dusun Banyakan I, Desa Sitimulyo, Kecamatan Piyungan mengakui, ambrolnya talud di cek dam Ngablak tersebut mengakibatkan penurunan permukaan air di sungai Opak yang melintas di dusunnya. Akibatnya, sumur-sumur milik warga di Dusunnya mengalami kekeringan karena permukaannya menurun.“Untuk tetap bisa memanfaatkan airnya, warga ada yang terpaksa menyuntik sumurnya hingga dua pipa paralon atau sekitar 8 meter lebih,”ujarnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya