SOLOPOS.COM - Imam Yuda Saputra (Solopos/Istimewa)

Solopos.com, SOLO – Pelatih tim nasional sepak bola Indonesia saat ini, Shin Tae Yong, masuk dalam jajaran trending topic di media sosial X, dulu Twitter, sejak Senin (22/4/2024) dini hari.

Itu tak terlepas dari penampilan apik tim nasional Indonesia U-23 di kejuaraan Piala Asia AFC U-23 yang berlangsung di Qatar. Dalam kejuaraan itu, Garuda Muda, julukan tim nasional U-23, melenggang ke babak delapan besar seusai menyingkirkan Australia dan Qatar.

Promosi Jalur Mudik Pantura Jawa Makin Adem Berkat Trembesi

Pencapaian ini menjadi sejarah karena Indonesia baru kali pertama tampil di event Piala Asia U-23 dan langsung lolos ke babak perempatfinal.

Prestasi itu tentu membuat publik negeri ini patut berbangga, apalagi sebelumnya Indonesia di bawah pelatih Shin Tae Yong juga mampu mengukir prestasi lolos untuk kali pertama ke babak 16 besar Piala Asia 2023 di kelas senior.

Tak mengherankan banyak warga Indonesia, terutama penggemar sepak bola, yang berharap kontrak STY, julukan Shin Tae Yong, yang habis pada Juni 2024, diperpanjang hingga tahun 2027.

Kendati demikian, ada saja publik yang mencibir prestasi STY bersama tim nasional. Hal ini tak terlepas dari kebijakan STY yang tergolong masif dalam menggunakan jasa para pemain naturalisasi atau pemain keturunan dari Eropa.

Banyak yang menganggap STY terlalu menganakemaskan pemain naturalisasi dan menyampingkan talenta lokal. Kritikan ini sampai mengabaikan prestasi yang diraih tim nasional yang saat ini banyak diisi pemain asal Eropa, tepatnya Belanda.

Pada era STY, Indonesia memang banyak memasukkan para pemain naturalisasi atau pemain luar negeri yang memiliki garis keturunan Indonesia. Mereka, antara lain, Ivan Jenner, Justin Hubner, Elkan Baggot, Shandy Walsh, dan Ragnar Oratmangoen.

Total 12 pemain asal Eropa yang melewati proses naturalisasi pada masa STY. Itu belum ditambah sejumlah pemain lain yang sedang dalam proses naturalisasi, seperti kiper klub Major League Soccer (MLS) Amerika Serikat, Dalas FC, Martheen Paes.

Hal ini membuat kritik tajam yang ditujukan kepada STY karena dia terkesan lebih menganakemaskan pemain naturalisasi, khususnya yang bermain di liga luar negeri atau pemain aboard.

Banyak yang beranggapan STY terkesan menganaktirikan pemain lokal sehingga sulit menembus tim nasional. Terlepas dari itu, pemain naturalisasi sebenarnya bukanlah hal yang tabu.

Pemain naturalisasi di tim nasional tidak hanya terjadi di Indonesia. Banyak negara di Asia Tenggara yang juga menggunakan jasa pemain naturalisasi seperti Malaysia, Thailand, dan Filipina.

Di negara Eropa, yang perkembangan sepak bolanya cukup pesat, juga banyak yang menggunakan pemain naturalisasi. Contoh yang paling signifikan adalah Italia.

Peraih empat gelar Piala Dunia dan dua gelar Piala Eropa ini memiliki sebutan khas untuk pemain naturalisasi, yakni oriundi. Kontribusi oriundi di tim nasional Italia ini juga tergolong cukup besar.

Sejumlah oriundi  mampu memberi kontribusi saat Italia meraih prestasi. Sebut saja Mauro Camoranesi yang sukses memberikan andil atas keberhasilan Italia merengkuh gelar juara Piala Dunia 2006.

Jorginho, Emerson Palmieri, dan Rafael Toloi sukses mempersembahkan gelar juara Eropa pada tahun 2020. Oleh karena itulah, Indonesia tak perlu malu menggunakan pemain naturalisasi selama pemain naturalisasi itu memenuhi persyaratan sesuai undang-undang.

Berdasarkan Undang-undang Nomor 12 Tahun 2006 tentang Kewarganegaraan, ada beberapa syarat yang harus ditempuh seorang pemain asing atau dari luar negeri agar bisa dinaturalisasi menjadi warga negara Indonesia (WNI).

Syarat itu, antara lain, memiliki garis keturunan Indonesia atau telah berdomisili di Indonesia selama lima tahun secara berturut-turut.

Di luar persyaratan itu, induk organisasi sepak bola Persatuan Sepak Bola Seluruh Indonesia (PSSI) juga wajib melakukan seleksi atas pemain yang akan dilakukan naturalisasi.

Calon pemain yang melewati naturalisasi haruslah memiliki kualitas yang apik atau di atas rata-rata pemain lokal. Dengan kata lain, Indonesia tidak boleh asal comot pemain aboard untuk dinaturalisasi.

Pemain itu harus melalui seleksi yang ketat sebelum akhirnya dinaturalisasi untuk bergabung dengan tim nasional. Jangan sampai sudah telanjur dinaturalisasi pemain keturunan itu tidak bisa memberi kontribusi signifikan bagi prestasi Indonesia di kancah sepak bola dunia atau di tingkat lebih rendah Asia Tenggara.

Jangan sampai pemain keturunan itu hanya mampu bersaing di tingkat kompetisi lokal atau domestik. Indonesia memang butuh pemain naturalisasi yang tampil di kompetisi elite Eropa atau pemain aboard.

Pengalaman mereka bermain di kompetisi elite Eropa bisa disalurkan kepada pemain lokal lainnya. Hal ini tentu akan memberikan efek yang positif bagi tim nasional Indonesia.

Kendati demikian, Indonesia juga tidak boleh menyampingkan peran dan kiprah para pemain lokal. Porsi kepada pemain lokal untuk menembus skuad tim nasional tetap harus diberikan.



Pemain yang benar-benar memenuhi kualitas harus diberi porsi yang sama dengan pemain naturalisasi atau pemain aboard. Tentu pemain lokal harus memiliki kualitas dan mental bertanding yang sama atau tak jauh berbeda dengan pemain naturalisasi.

Tentu untuk mendapatkan pemain lokal yang mumpuni perlu peningkatan kualitas kompetisi lokal. Tidak mungkin muncul pemain lokal yang mumpuni ketika kompetisi domestik sebagai ajang seleksi dan pembinaan pemain tidak berkualitas.

Perlu ada perbaikan dalam sistem kompetisi domestik, baik dari segi regulasi hingga perangkat pertandingan. Jangan sampai kasus mafia bola yang pernah mengguncang persepakbolaan Indonesia kembali terulang.

Jika hal itu terjadi lagi, bukan tak mungkin banyak pemain lokal yang kualitasnya berada di bawah standar Asia hingga akhirnya tersisih oleh pemain naturalisasi. Bisa-bisa seluruh pemain tim nasional berasal dari proses naturalisasi, seperti yang terjadi di Filipina.

(Esai ini terbit di Harian Solopos edisi 23 April 2024. Penulis adalah jurnalis Solopos Media Group)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya