SOLOPOS.COM - Ilustrasi inflasi (JIBI/Harian Jogja/Reuters)

Inflasi Solo pada Ramadan lalu mencapai 0,87%.

Solopos.com, SOLO — Inflasi Solo selama Ramadan naik menjadi 0,87% atau lebih tinggi dari Ramadan tahun lalu yang hanya 0,62%. Bawang putih menjadi penyumbang inflasi paling tinggi meski pemerintah telah mengadakan operasi pasar (OP) di dua pasar di Solo.

Promosi Simak! 5 Tips Cerdas Sambut Mudik dan Lebaran Tahun Ini

Kepala Badan Pusat Statistik (BPS) Solo, R. Bagus Rahmat Susanto, menyampaikan komponen volatile food atau harga bergejolak menyumbang inflasi paling tinggi, yakni 0,32%. Hal ini karena sejumlah komoditas pangan naik selama Bulan Puasa.

“Akhir Mei harga bawang putih naik tinggi sehingga berimbas pada inflasi Juni. Meski sudah ada OP dan bawang putih honam yang harganya murah [Rp20.000/kg] tapi itu di menjelang akhir bulan sehingga pengaruhnya [terhadap inflasi] masih tetap besar,” terang Bagus kepada wartawan, di ruang rapat BPS Solo, Senin (3/7/2017).

Tercatat bawang putih mengalami kenaikan harga 22,73% dengan andil inflasi sekitar 0,25%. Komoditas pangan lain yang juga menyumbang inflasi adalah daging ayam ras dengan kenaikan 10,72% atau hingga Rp40.000/kg sehingga menyumbang inflasi 0,11%.

Beras yang selama Juni cenderung stabil tapi karena akhir Mei ada kenaikan sehingga menyumbang inflasi 0,04% dengan kenaikan 0,87% an bawang merah menyumbang inflasi 0,02%.

Administered price atau harga yang ditentukan pemerintah, seperti tarif tenaga listrik (TTL) juga masih membayangi inflasi Kota Bengawan dengan menyumbang 0,22% karena tarif naik 5,90%.

Tarif transportasi umum juga naik karena adanya Lebaran. Tarif transportasi angkutan udara mengalami kenaikan paling tinggi, yakni 16,19% atau menyumbang 0,17% sedangkan angkutan antarkota naik 7,27% atau menyumbang inflasi 0,04%.

“Inflasi Ramadan tahun ini lebih tinggi dari tahun lalu [0,62%] karena Bulan Puasa dan Lebaran ada di bulan yang sama sehingga bebannya lebih tinggi. Padahal kalau dilihat di pasar, pergerakan harga tidak terlalu tinggi,” terangnya.

Meski begitu, ada juga komoditas yang menghambat inflasi, diantaranya cabai rawit yang turun 19,03% sehingga deflasi 0,08%. Begitu juga telur ayam ras yang turun 6,21% atau menghambat inflasi 0,04% dan daging sapi turun harga 1,85% atau deflasi 0,01% meski di akhir bulan sempat naik.

Sedangkan untuk harga makanan jadi yang dijual di rumah makan atau warung makan naik tidak berpengaruh banyak terhadap inflasi. Hal ini karena item yang disurvei banyak sehingga sumbangan kecil.

Capaian inflasi Solo ini menempati urutan ketiga di Jateng setelah Semarang (0,37%) dan Kudus (0,55%). Tercatat inflasi tahun kalender atau year to date (ytd) Solo sebanyak 2,83% sedangkan year on year (yoy) telah mencapai 4,11%.

Staf Harga Pasar (Gasar) Badan Urusan Logistik (Bulog) Subdivre III Surakarta, Agus Purwanto, mengatakan harga beras saat ini cenderung stabil meski akhir bulan lalu permintaan cukup tinggi karena Lebaran. Menurut dia, pasokan yang ada di gudang Bulog mencapai 47.000 ton beras yang mampu memenuhi kebutuhan masyarakat hingga tujuh bulan ke depan.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya