SOLOPOS.COM - Ilustrasi inflasi atau deflasi. (academyft.com)

Inflasi masih bertahan di Jateng, namun khusus Kudus terjadi deflasi yang dipicu buah-buahan.

Semarangpos.com, KUDUS — Di tengah inflasi yang rutin mendera Jawa Tengah, deflasi justru dicatatkan Kabupaten Kudus.  Harga buah-buahan dianggap sebagai salah satu komoditas yang memberikan sumbangan terbesar terjadinya deflasi di Kudus tersebut.

Promosi Mitsubishi XForce: Stylish untuk Wanita, Praktis buat Ibu Muda

Pada bulan Oktober 2017, Kudus tercatat mengalami deflasi mencapai 0,09%. “Komoditas buah-buahan yang menjadi penyumbang deflasi bulan Oktober 2017, yakni jeruk,” ungkap Kepala Badan Pusat Statisitik (BPS) Kudus, Sapto Harjuli Wahyu, Kamis (2/11/2017).

Ia mengatakan deflasi di Kudus itu terjadi karena adanya penurunan harga yang ditunjukkan oleh turunnya indeks beberapa kelompok pengeluaran. Di antaranya, untuk kelompok bahan makanan sebesar 1,05% dan kelompok sandang sebesar 0,11%, sedangkan kelompok yang mengalami kenaikan indeks, yakni kelompok makanan jadi, minuman, rokok, dan tembakau sebesar 0,41%, kelompok perumahan, air, listrik, gas, dan bahan bakar sebesar 0,42%, dan kelompok transportasi, komunikasi dan jasa sebesar 0,01%.

Selain jeruk, kata dia, komoditas lain yang memberikan andil deflasi, yakni ikan kembung rebus, telur ayam ras, wortel dan cabai rawit. Ia mengungkapkan, kelompok bahan makanan pada Oktober 2017 merupakan subkelompok penyumbang deflasi terbesar dengan andil deflasi sebesar 0,25%, kemudian kelompok sandang sebesar 0,01%.

Dari 11 subkelompok pada bahan makanan, kata dia, tujuh di antaranya mengalami deflasi, sekebihnya mengalami inflasi. Subkelompok yang mengalami deflasi tertinggi, yakni buah-buahan sebesar 6,32% yang di dalamnya terdapat buah jeruk, sedangkan deflasi terendah merupakan komoditas lemak dan minyak sebesar 0,11%.

Subkelompok yang mengalami inflasi, yakni ikan segar sebesar 1,44%, sedangkan terendah kacang-kacangan sebesar 0,01%. Kelompok yang memberikan sumbangan deflasi lainnya, yakni kelompok makanan jadi, minuman, rokok dan tembakau sebesar 0,08% dan perumahan, air, listrik, gas, dan bahan bakar sebesar 0,09%.

Deflasi di Jateng, lanjut dia, terjadi di dua kota Survei Biaya Hidup (SBH), sedangkan empat kota SBH lainnya mengalami inflasi. Adapun dua kota Jateng yang mengalami deflasi, yakni Kota Seamrang sebesar 0,15% dan Kota Kudus sebesar 0,09%, sedangkan inflasi terjadi di Kota Tegal sebesar 0,21%, Kota Purwokerto sebesar 0,09%, Kota Cilacap sebesar 0,02%, dan inflasi terendah terjadi di Kota Surakarta sebesar 0,01%.

Untuk tingkat nasional, kata dia, pada bulan Oktober 2017 mengalami inflasi sebesar 0,01%, sedangkan Jateng mengalami deflasi sebesar 0,06%. Laju inflasi tahun kalender sebesar 3,19%, sedangkan laju inflasi “year on year” (Oktober 2017 terhadap Oktober 2016) sebesar 4,19%.

KLIK dan LIKE di sini untuk lebih banyak berita Semarang Raya

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya