SOLOPOS.COM - Ilustrasi industri kelapa sawit. (Antara)

Solopos.com, JAKARTA — Sektor industri kelapa sawit kerap kali dianggap sebagai industri yang merusak lingkungan. Berbagai kalangan di dunia menilai industri kelapa sawit memicu berbagai bencana, seperti kebakaran hutan hingga penggundulan hutan.

Direktur Badan Pengelola Dana Perkebunan Kelapa Sawit (BPDPKS), Edy Abdurrachman, mengatakan isu negatif yang menerpa industri kelapa sawit kerap kali tak didasarkan dengan fakta di lapangan.

Promosi Sistem E-Katalog Terbaru LKPP Meluncur, Bisa Lacak Pengiriman dan Pembayaran

"Sejumlah isu tersebut antara lain anggapan bahwa perkebunan dan industri sawit merupakan penyebab hilangnya hutan tropis, isu sawit sebagai penyebab kebakaran hutan dan lahan di Indonesia, isu sawit sebagai penyebab hilangnya keanekaragaman hayati, isu minyak sawit tidak baik bagi kesehatan, isu penggunaan tenaga kerja anak di perkebunan sawit, dan bermacam isu negatif lainnya yang dialamatkan kepada sawit," ujar Eddy dalam sambutan pembukaan kegiatan Fellowship Journalist & Training BPDPKS Batch II, Rabu (21/10/2020).

Menurut Eddy, isu seperti itu justru datang dari luar Indonesia. Isu tersebut, lanjut Eddy, dibangun atas dampak persaingan dagang minyak nabati dunia.

Ekspedisi Mudik 2024

Eddy menegaskan sawit memiliki keunggulan komparatif dibandingkan minyak nabati lainnya seperti minyak kedelai, minyak rapesheed, minyak bunga matahari, dan sebagainya.

Kontribusi Sawit untuk Ekonomi

Di tengah cacian itu, industri kelapa sawit nyatanya menjadi penyumbang devisa terbesar bagi Indonesia, dengan nilai ekspor yang bahkan lebih tinggi dibandingkan sektor migas maupun nonmigas.

"Pada tahun 2019, nilai ekspornya—diluar produk oleokimia dan biodiesel—mencapai US$15,57 miliar atau sekitar Rp220 triliun, melampaui nilai ekspor dari sektor migas maupun sektor non migas lainnya," jelas Eddy.

Di tengah pandemi Covid-19, industri tersebut mampu bertahan menjadi penghasil devisa terbesar.

"Di masa pandemi Covid-19, sektor sawit juga terbukti mampu bertahan dan tetap menyumbangkan devisa ekspor sekitar US$13 miliar sampai dengan Agustus 2020, di tengah lesunya sektor-sektor penghasil devisa lainnya seperti migas, batu bara, dan pariwisata," ujarnya.

Di acara yang sama, ekonom senior Institute For Development of Economics and Finance (INDEF) sekaligus pengurus Gabungan Pengusaha Kelapa Sawit Indonesia (GAPKI), M Fadil Hasan, menjelaskan industri minyak kelapa sawit memiliki peran siginifikan dalam perekonomian Indonesia. Industri tersebut dianggap mampu menyerap tenaga kerja hingga mensejahterakan petani.

Dalam paparannya, Fadil menjelaskan industri kelapa sawit mampu menyerap tenaga kerja secara langsung mencapai 42 juta dan 12 juta pekerja tidak langsung. Di sektor ekspor, industri kelapa sawit memiliki nilai paling besar. Fadil membeberkan 41% lahan kelapa sawit di Indonesia dimiliki petani kecil.

Untuk urusan jangka panjang, Fadil menilai industri minyak kelapa sawit sangat prospektif. "Prospeknya [industri minyak kelapa sawit] masih menjanjikan maka banyak tantangannya. Dari prospeknya, industri ini akan terus berkembang karena ada growing demand [pertumbuhan permintaan]," ujarnya.

Ia memaparkan data yang menunjukkan ekspor produk sawit mengalami peningkatan dari 2018 ke 2019. Ada kenaikan 30% ke China, 12% ke negara-negara Afrika, 19% ke Timur Tengah, 7% ke Amerka Serikat, dan kenaikan 7% ke negara lain.

Itu artinya, industri kelapa sawit memang memiliki prospek jangka panjang untuk menjadi salah satu penjaga kestabilan ekonomi di Indonesia.

Kenapa Dicaci?

Industri kelapa sawit memang kerap kali dikaitkan dengan isu perusakan lingkungan hingga dampak buruk bagi kesehatan. Bahkan di restoran-restoran, baik di luar negeri maupun di Indonesia, ada yang mengampanyekan palm oil free atau bebas minyak sawit dengan alasan kesehatan.

Menurut Ketua Bidang Sustainability Gabungan Pengusaha Kelapa Sawit Indonesia (GAPKI) Bandung Sahari, isu negatif terhadap industri kelapa sawit dimulai dari 1980-an. "Mulai ngomongin kolesterol hingga sekarang deforestasi," ujarnya.

Isu-isu itu dinilai dibangun untuk melemahkan industri minyak sawit yang mampu bersaing dengan minyak nabati lainnya. Negara penghasil minyak nabati non-sawit dianggap khawatir dengan potensi minyak sawit dari Indonesia sehingga dibangun lah isu negatif yang menyerang industri kelapa sawit.

Jadilah Tuan Rumah

Dengan isu negatif terhadap industri kelapa sawit, Dirut BPDPKS, Edy Abdurrachman, menganggap femoneman itu adalah ironi. Menurutnya, industri kelapa sawit belum menjadi tuan rumah di negeri sendiri.

Eddy berharap masyarakat bisa memandang industri kelapa sawit dari sisi ekonomi. Dengan nilai ekspor yang luar biasa, menurutnya, industri kelapa sawit sudah sepantasnya dibanggakan.

Dikutip Solopos.com dari Info Sawit, industri kelapa sawit memiliki efek positif bagi pertumbuhan ekonomi dan kesejahteraan rakyat Indonesia. Kebutuhan tenaga kerja perkebunan kelapa sawit bisa dipenuhi dari semua golongan dan berbagai lapisan masyarakat.

Bukan hanya kaum berpendidikan tinggi, yang berpendidikan menengah dan rendah juga tetap bisa bekerja membantu di perkebunan.



Daya serap yang tinggi terhadap tenaga kerja di berbagai daerah secara nyata turut membantu pemerintah dalam rangka menyediakan lapangan tenaga kerja bagi rakyatnya.

Alhasil, masyarakat sekitar perkebunan memiliki pekerjaan dan penghasilan untuk memenuhi kebutuhan dasar hidupnya. Selain pekerjaan di perusahaan perkebunan, berbagai jenis pekerjaan baru juga bermunculan seiring menggeliatnya ekonomi yang terus bertumbuh.

Terbangunnya ekonomi pedesaan yang kukuh berbasis perkebunan kelapa sawit sejalan dengan menguatnya ekonomi nasional. Tak heran, bila ekonomi nasional mampu bertahan dari berbagai krisis yang silih berganti menghadang.

Eddy Abdurrachman menjelaskan Indonesia kini kembali menjadi produsen Kelapa Sawit terbesar di dunia. Dengan dampak ekonomi yang cukup positif, Eddy berharap industri kelapa sawit di Indonesia tetap menjadi yang terbesar di dunia.

"Saya mengajak semua pihak untuk mengambil peran dalam menjaga eksistensi komoditas kelapa sawit agar terus memberikan sumbangsih besar bagi kehidupan ekonomi

dan sosial masyarakat Indonesia," tegas Eddy.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya