SOLOPOS.COM - Katon Bagaskara saat tampil di The Kasultanan Ballroom Royal Ambarrukmo Hotel, Sabtu (29/11/2014) malam lalu. (JIBI/Harian Jogja/Arief Junianto)

Harianjogja.com, SLEMAN-Album baru dengan lagu-lagu yang sepenuhnya baru bagi sebagian musisi adalah bukti eksistensi mereka dalam bermusik. Tapi tidak bagi KLA Project.

Grup yang beranggotakan Adi Adrian (piano), Lilo (gitar) dan Katon Bagaskara (gitar) ini menganggap album Grand Klakustik yang mereka munculkan pertengahan November lalu juga merupakan bukti eksistensi bermusik mereka.

Promosi Jalur Mudik Pantura Jawa Makin Adem Berkat Trembesi

Seperti yang diakui oleh Adi Adrian, saat ini industri musik Indonesia tengah berada pada kondisi terpuruk. Transisi dari bentuk fisik (kepingan) ke bentuk digital masih belum begitu sukses dijalani oleh industri musik di Indonesia. Akibatnya, digitalisasi yang seharusnya menjadi ladang bisnis menguntungkan bagi musisi, ternyata tak berimbas signifikan. Akibatnya, apresiasi masyarakat terhadap karya dari para musisi pun masih terbilang sangat rendah. Itulah sebabnya, banyak musisi saat ini harus berpikir seribu kali jika ingin merilis album baru dengan berisikan lagu-lagu yang juga benar-benar baru.

Namun baginya dan KLA Project, apresiasi dari masyarakat tersebut sebenarnya bisa dirangsang. Tentu saja, cara merangsangnya adalah dengan menghasilkan karya yang berkualitas.

Ekspedisi Mudik 2024

“Kalau karya kita memang berkualitas, saya yakin dan optimis, masyarakat juga akan tak segan untuk mengapresiasinya,” ucapnya kepada wartawan, Jumat (28/11/2014) lalu di Royal Ambarrukmo Hotel.

Dikatakannya, album Grand Klakustik yang dirilisnya tersebut memang tak berisikan lagu-lagu baru. Akan tetapi, Adi membantah jika lagu-lagu dalam Grand Klakustik ditampilkannya begitu saja dengan aransemen yang lama.

Ia menegaskan album yang berformat DVD hasil live recording konser mereka di Jakarta Convention Center tahun lalu tersebut diisi oleh lagu-lagu yang beraransemen jauh lebih baru.

“Bahkan jauh berbeda dengan aransemen lagu aslinya. Karena, jujur saja, sebagai musisi penciptanya, kami pun bosan jika harus terus-terusan membawakan lagu itu dengan aransemen yang sama,” ucapnya.

Terlebih, dengan keterlibatan orkestra yang terdiri dari 40 orang jelas membuat lagu-lagu lama itu terasa jauh lebih baru. Tak hanya itu, pihaknya pun memformat Grand Klakustik tersebut menjadi 2 keping. Keping pertama telah dirilisnya 14 November lalu. Sedangkan untuk keping kedua, Adi mengatakan bahwa baru akan dirilisnya Januari 2015 mendatang.

Begitu pula dengan Katon Bagaskara. Ia pun mengakui bahwa meski saat ini pembajakan karya musik digital sangat marak, namun ia percaya karya yang dirilis dalam bentuk kepingan masih memiliki peminatnya.

“Meski sedikit, saya percaya, masih ada kok yang mau membeli CD original,” ucapnya.

Memang, aransemen baru terhadap lagu-lagu lama yang ada di album Grand Klakustik adalah bentuk kreativitasnya sebagai musisi. Sebagai vokalis, ia sendiri merasakan perbedaan aransemen tersebut. Ia menilai lagu-lagu KLA Project saat ini terasa lebih segar.

Terbukti, ketika menggelar konsernya yang bertajuk Romansa di Royal Ambarrukmo Hotel, Sabtu (29/11/2014) malam lalu, 12 lagu yang ia bawakan hampir semua merupakan aransemen baru. Beberapa lagu yang menjadi legenda perjalanan karir KLA Project macam Satu Kayuh Berdua, Gerimis, Menjemput Impian, hingga Yogyakarta tetap diterima para penonton meski dengan aransemen yang lebih baru.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya