SOLOPOS.COM - Salahsatu jenis souvenir berbahan sampah non organik kaleng soft drink karya Kusnadi warga Rejosari, Jogotirto, Berbah, Sleman. (Sunartono/JIBI/Harian Jogja)

Industri kreatif di Sleman mengubah sampah jadi miniatur kendaraan

Harianjogja.com, SLEMAN – Di berbagai belahan Daerah Istunewa Yogyakarta (DIY) mulai banyak ditemukan warga yang memiliki kesadaran mengolah sampah, meski masih banyak pula sekelompok orang yang nekat membuang sampah disembarang tempat.

Promosi Jalur Mudik Pantura Jawa Makin Adem Berkat Trembesi

Di Sleman misalnya, warga Dusun Rejosari, Jogotirto, Berbah mulai mengelola sampah dengan merubahnya menjadi kerajinan yang memiliki nilai jual tinggi. Pengolahan sampah secara swadaya ini tergabung dalam kelompok pengolahan sampah mandiri yang diketuai oleh Kusnadi Priyono, 50, warga yang tinggal di RT03 Dusun Rejosari.

Menurut Kusnadi, kelompok pengolahan sampah yang dikelolanya lebih mengedepankan nilai sosial. Sehingga masyarakat tidak semuanya membayarkan iuran namun tetap diberikan pelayanan.

Proses pemilihan dilakukan dengan mengambil barang bekas seperti plastik dan sejenisnya yang bisa didaur ulang. Sedangkan untuk sampah organik ada pengolahan tersendiri. Sampah itu diambil dari sekitar 90 kepala keluarga di kampung tempat tinggalnya.

Sedikitnya 30 pemuda yang menjadi sukarelawan pengambilan sampah di dusun ini. Mereka melakukannya sebagai kegiatan sosial.

“Tetapi karena sodakoh ada, jadi ada yang ngasih [iuran] ada yang tidak. Biasanya yang nilainya tinggi dijual sendiri [oleh pemiliknya] ke tukang rosok,” terang Kusnadi kepada Harianjogja.com, Minggu (19/6/2016).

Setelah sampah dikumpulkan kemudian dipilah sesuai dengan bahan yang bisa dimanfaatkan. Jika ditemukan sampah yang secara fisik anggota kesulitan untuk mengolah kemudian dijual ke tukang rosok dan hasil penjualan dimasukkan ke kas pemuda. Kemudian sampah yang sekiranya bisa diolah sendiri langsung dijadikan kerajinan.

Salahsatu jenis sampah yang banyak diolah Kusnadi adalah sampah kaleng minuman softdrink. Kaleng tersebut diolah menjadi berbagai macam souvenir unik seperti menjadi kendaraan bermotor mini sejenis vespa, mobil dan lain-lain.

“Begitu ditemukan sampah yang kami bisa mengolahnya menjadi kerajinan, itu langsung disendirikan saat pemilahan agar bisa langsung diolah,” ujarnya.

Pembuatan kerajinan souvenir dari kaleng softdrink, lanjut dia, memang mendapat respon positif dari masyarakat karena dinilai unik. Bahkan ia sudah berani menjual souvenir tersebut meski saat ini terkendala pemasaran.

Setiap souvenir kendaraan bermotor ia banderol dengan harga sekitar Rp50.000. Kusnadi mengakui harga itu relatif mahal, alasannya, selain karena original dengan proses manual dan kualitasnya bagus juga butuh waktu relatif lama untuk menyelesaikan satu souvenir.

“Sehari itu biasanya hanya bisa membuat dua unit souvenir saja. Karena memang proses rumit dan butuh konsentrasi saat membuatnya, kan itemnya kecil-kecil,” kata dia.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya