SOLOPOS.COM - Pemilik outlet Tas Kerajinan Jogja, Ria Rizky Kurniasari menunjukkan tas rajut yang dijual di outletnya di Prawirodirjan gm II/345 Jogja, Selasa (26/7/2016). (Bernadheta Dian Saraswati/JIBI/Harian Jogja)

Industri kreatif DIY berupa kerajinan tas rajut mendapatkan tawaran untuk ekspor namun masih ragu

Harianjogja.com, JOGJA-Barang-barang rajutan mengalami kenaikan nilai ekspor tertinggi dibandingkan komoditas lainnya. Sayangnya, prestasi ini belum merata sampai ke semua pelaku usaha rajut di Daerah Istimewa Yogyakarta.

Promosi Ongen Saknosiwi dan Tibo Monabesa, Dua Emas yang Telat Berkilau

Tas Kerajinan Jogja sebagai salah satu outlet yang melayani grosir dan eceran tas rajut di Jogja masih menahan diri untuk melakukan penjualan barang ke luar negeri. “Tawaran ke Malaysia ada tapi kami belum ada kapasitas untuk memaket barangnya,” kata Ria Rizky Kurniasari selaku pemilik outlet kerajinan di daerah Prawirodirjan ini, Selasa (26/7/2016).

Ia mengaku belum menguasai teknik pengemasan barang yang benar untuk bisa dikirim ke luar negeri. Alasan lainnya, barang rajutan miliknya kadang masih ada yang cacat, seperti kolong benang yang tidak terisi atau kerapian rajutan yang belum sempurna.

Ia mengakui bahwa standar pengecekan barang oleh masyarakat di luar negeri sangat detail dan ketat. Cacat sedikit pun tidak mau menerima. “Padahal perajin kita kadang ada yang mis. Namanya juga handmade,” kata dia. Alasan itulah yang membuatnya belum berani melakukan ekspor rajutan.

Sampai saat ini, barang rajutan yang ia jual hanya untuk memenuhi kebutuhan pasar Indonesia. Rata-rata penjualan per bulan melebihi 300 tas dengan harga jual mulai Rp50.000-Rp250.000.

Menurutnya peran pemerintah daerah melalui pelatihan atau pembekalan sangat dibutuhkan untuk meningkatkan kapasitas perajin rajutan. Jika kemampuan memenuhi pasar ekspor sudah memenuhi, pihaknya siap untuk mengirim barangnya ke luar negeri karena saat ini barang rajutan sedang naik daun.

BPS DIY mencatat, perubahan nilai ekspor untuk komoditas barang rajutan (kode HS 61) pada bulan Mei 2016 dibandingkan April 2016 menunjukkan peningkatan paling besar, yakni mencapai110,92%. Nilai ekspor pada April hanya US$971.198 dan pada bulan Mei menjadi US$2,938 juta.

Guna menyiapkan UMKM DIY masuk pasar luar negeri, Dinas UKM dan Koperasi melakukan pelatihan khusus. Kepala Bidang UKM Dinas Koperasi mengatakan, pelatihan ini ditujukan untuk pelaku usaha yang baru memulai ekspor maupun yang sudah ekspor.

“Materinya tentang mempersiapkan persyaratan ekspor, kualitas produk ekspor, branding produk, regulasi izin, asuransi, termasuk materi untuk berhadapan dengan pembeli luar negeri,” jelasnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya