SOLOPOS.COM - Ilustrasi Penjualan Obat (Dok/JIBI/Solopos)

Ilustrasi Penjualan Obat (Dok/JIBI/Solopos)

Ilustrasi Penjualan Obat (Dok/JIBI/Solopos)

Solopos.com, SOLO–Sekitar 30 persen pasar farmasi dalam negeri masih dikuasai asing.

Promosi BRI Group Buka Pendaftaran Mudik Asyik Bersama BUMN 2024 untuk 6.441 Orang

Menurut Ketua Gabungan Pengusaha Farmasi Indonesia, Johanes Setijono, penguasaan 70 persen industri farmasi dalam negeri terhadap total pasar farmasi yang nilainya mencapai Rp47 triliun per tahun ini sudah lumayan bagus. Di negara lain, hampir semua pasar farmasi di kuasai asing.

“Ini tantangan bagi kami, terutama menghadapi Masyarakat Ekonomi Asean (MEA) di tahun 2015. Paling tidak kami harus mempertahankan posisi ini. Karena saat ini di Indionesia juga sudah ada 24 industri farmasi asing besar berkembang di Indonesia,” kata Johanes, di sela-sela pembukaan Rakernas Gabungan perusahaan Farmasi Indonesia di Novotel Solo, Kamis (7/11/2013).

Sementara, Menteri Kesehatan RI, dr. Andi Nafsiah Walinono Mboi, SpA, M.P.H. dalam teleconference dengan peserta Rakernas menyebutkan industri farmasi nasional mampu menguasai 70 persen dari total pasar farmasi dalam negeri yang nilainya mencapai Rp44 triliun per tahun. Industri farmasi dalam negeri ini mampu tumbuh rata-rata 12%-13% per tahun. “Kami cukup bangga karena selain menguasai pasar dalam negeri juga sudah ada yang bisa ekspor,” kata Nafsiah.

Pihaknya juga meminta dukungan dari perusahaan farmasi ini untuk mendukung program pemerintah dalam mewujudkan pemerataan keterjangkauan obat di seluruh Indonesia. Rencana penerapan Jaminan Kesehatan nasional per 2014, kata dia,  akan meningkatkan pemanfaatan layanan kesehatan oleh masyarakat serta akan meningkatkan kebutuhan obat. “Saya mengharapkan seluruh industri farmasi menyiapkan diri untuk meningkatkan kebutuhan  obat dan menyediakan jaringan distribusi yang luas.”

Memang, diakuinya, butuh investasi yang besar untuk menghasilkan berbagai produk obat. “Kita bersyukur di 2011-2013  ada investasi baru di sektor farmasi senilai Rp1,5 triliun dan ada investasi Rp2,5 triliun untuk peningkatan fasilitas produksi yang digunakan untuk menghasilkan obat  yang lebih bermutu.”

Menghadapi MEA, pihaknya berharap Industri farmasi nasional bisa menjadi tuan rumah di negeri sendiri. MEA yang berpotensi memperluas arus peredaran barang dari luar negeri akan menjadikan indoensia sebagai basis pasar tunggal mengingat pasar Indonesia cukup besar. ” Ini peluang dan tantangan. Kemajuan teknologi dan perkembangan sosial politik menjadi tantangan yang harus disiasati. Industri farmasi dituntut untuk meningkatkan kemampuannya untuk memenuhi standar di Asean untuk bekejra profesional menghadapi kompetisi produk dari luar negeri,” ujar Nafsiah.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya