SOLOPOS.COM - Panduan Informasi dan Inspirasi

Jakarta–Kalangan olah raga Indonesia perlu lebih memperbanyak kaderisasi atlet untuk mengejar ketertinggalan dari negara lain, setelah melihat hasil SEA Games XXV Laos 2009.

“Kaderisasi harus lebih banyak ditingkatkan, dan agar ke multi event mengirimkan atlet muda yang harus memiliki perspektif,” ujar tenaga ahli bidang olahraga dan pendidikan Depdiknas Prof Toho Cholik Muthohir ketika dimintai pandangannya di Jakarta, Rabu.

Promosi Mitsubishi XForce: Stylish untuk Wanita, Praktis buat Ibu Muda

Hal itu dikatakan Toho terkait dengan beratnya perjuangan kontingen Indonesia untuk menggapai impian perbaikan peringkat dari peringkat keempat di SEA Games 2007 ke peringkat ketiga di SEA Games 2009.

Hingga dua hari menjelang SEA Games Laos usai, Indonesia masih berkutat di urutan kelima, silih berganti bersaing ketat dengan Malaysia.

Toho mengatakan jika atlet Indonesia kalah dalam persaingan di SEA Games Laos adalah lebih disebabkan munculnya kekuatan baru dari negara-negara lawan, sedangkan Indonesia menatap SEA Games dengan skenario mengirimkan atlet yang diprediksi meraih medali sehingga masih mengandalkan sejumlah atlet senior.

“Lawan lebih banyak mengirimkan atlet baru yang sudah jadi. Sedangkan kita, meskipun mengirimkan atlet muda tetapi yang belum jadi dan kita masih lebih banyak mengandalkan atlet senior. Dengan melihat kondisi seperti ini maka perlu ekstra “ordinary” melihat kemampuan kita,” ujarnya.

Mengambil contoh di cabang bulu tangkis dimana dua pemain tunggal putri andalan Merah Putih Maria Kristin dan Adriyanti Firdasari bahkan gagal mencapai semifinal, Toho yang mantan Asmenpora mengatakan perlunya pengembangan potensi partisipasi yang lebih luas sehingga menciptakan basis pembinaan yang lebih luas pula.

“Karena selama ini hanya mengandalkan klub-klub andalan. Kaderisasi harus dilakukan sejak dari bawah yaitu sejak Kejuaraan Daerah (Kejurda) dan Kejuaraan Nasional (Kejurnas). Ini berlaku bagi seluruh cabang olahraga, bahwa pembinaan jangka panjang (long term development) merupakan kunci ke arah itu,” ujarnya.

Toho mengingatkan untuk menciptakan atlet handal dibutuhkan waktu selama 10 tahun atau 10.000 jam terbang, dan kelemahan lainnya adalah selama ini Indonesia sering hanya mengandalkan klub-klub andalan dalam pembinaan atlet yang hendak dikirimkan ke multi event.

Pada kesempatan itu Toho pun berharap jika Indonesia masih akan mampu menaikkan peringkatnya menjelang hari terakhir penyelenggaraan SEA Games XXV sesuai harapan masyarakat Indonesia.

 

Ant/tya

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya