SOLOPOS.COM - Ilustrasi penari topeng malangan membawakan cerita panji (JIBI/Solopos/Antara/Eric Ireng)

Solopos.com, SOLO — Kebudayaan Jawa memiliki beragam kekayaan yang belum banyak dieksplorasi. Salah satunya cerita panji. Cerita rakyat yang lahir di zaman Kerajaan Majapahit itu kalah populer dengan epik asli India Ramayana dan Mahabarata yang kadung lekat dengan kesenian tradisi.

Demi mengangkat kembali pamor kisah klasik Tanah Jawa yang nyaris tenggelam itu, Indonesian Mask Festival (IMF) 2014 menghadirkan kembali kisah panji asli Majapahit itu sebagai tema utama event tersebut. IMF adalah festival yang diselenggaran Solo International Performing Arts (SIPA) Community.

Promosi Mitsubishi XForce: Stylish untuk Wanita, Praktis buat Ibu Muda

Dengan mengusung tema The Greaters Panji, puncak festival topeng yang menyuguhkan tari berbasis topeng dan lukis wajah ini bakal digelar di Panggung Terbuka Taman Balekambang Solo, Kamis-Sabtu (19-21/6) mendatang.

“Cerita panji ini local genius yang tenggelam oleh kisah Ramayana dan Mahabarata. Padahal kalau diteliti, cerita Panji memiliki 300-an versi. Inilah yang membuat kami tergerak mengingatkan ragam local genius di sini,” terang Irawati Kusumorasri, selaku Ketua Penyelenggara IMF 2014, kepada Solopos.com, Selasa (21/1/2014).

Selepas menentukan tema utama, Ira menyebut pihaknya juga telah menentukan rangkaian acara yang bakal memeriahkan festival perdana tersebut. Rangkaian acara bakal dimulai dengan workshop dan lomba membuat topeng bagi pelajar yang dilaksanakan April mendatang.

Selanjutnya, pameran dan seminar perjalanan topeng Panji akan digelar di Balai Soedjatmoko pada Selasa-Minggu (17-22/6/2014). Karnaval 1.000 topeng yang mengambil rute Kota Barat-Taman Balekambang akan digelar Rabu (18/6/2014).

“Pada malam puncak pertunjukan, akan digelar pertunjukan dari enam delegasi dalam negeri dan enam delegasi luar negeri. Peserta fix dari dalam negeri sementara berasal dari Surabaya, Jogja, dan Solo. Sedangkan dari luar negeri ada dari Korea, Jepang, dan Inggris,” bebernya.

Ira menambahkan SIPA Community berharap agenda budaya mandiri yang sudah masuk ke dalam kalender budaya Pemkot Solo ini mendapatkan dukungan dari para pemangku kepentingan. Menurutnya, anggaran yang dibutuhkan untuk menggelar acara internasional ini diprediksi mencapai Rp1,4 miliar. ”Kami ingin melibatkan stakeholder terkait untuk sama-sama memajukan budaya di Solo. Artinya kami ingin mengajak mereka kerja bareng,” kata Ira.

Diakui Ira, masalah pembiayaan yang bakal diusahakan secara mandiri (tanpa sokongan APBD Pemkot Solo) ini mengandalkan sponsor. Selain itu, lanjutnya, event ini rencananya juga bakal dibuat berbayar untuk mendukung masalah pendanaan.

“Khusus untuk pertunjukan rencananya akan disiapkan 500 tiket berbayar. Untuk sekali pertunjukan tiket dibanderol Rp50.000, sedangkan tiket terusan selama tiga hari dibanderol Rp100.000. Kami menargetkan para pecinta seni dan para wisatawan yang sedang liburan ke Solo mau menonton acara ini,” pungkasnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya