SOLOPOS.COM - Panduan Informasi dan Inspirasi

Jakarta–Pemerintah Indonesia melalui Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP) akan melelang Benda Berharga asal Muatan Kapal yang Tenggelam (BMKT) di Cirebon sebanyak 271.000 artefak.

Artefak sebanyak itu  diperkirakan berasal dari lima dinasti China (tahun 907 hingga 960) senilai 100 juta dolar AS.

Promosi Jalur Mudik Pantura Jawa Makin Adem Berkat Trembesi

“Harapan kita pada lelang pertama bisa sampai 100 juta dolar AS,” kata Menteri Kelautan dan Perikanan selaku Panitia Nasional Pengangkatan dan Pemanfaatan BMKT (Pannas BMKT), Fadel Muhammad, di Jakarta, Senin (5/4).

Menurut penjelasan Fadel, pemerintah sengaja menjual secara paket 271.000 artefak dari kapal China yang tenggelam sekitar 70 mil sebelah utara Cirebon tersebut agar mendapat harga tinggi.

“Dari kapal itu ada puluhan ribu jenis artefak yang jumlah unitnya bisa ratusan ribu. Tidak semua dalam kondisi bagus, jadi kalau dijual semuanya mau tidak mau mereka yang beli harus juga membeli yang pecah tadi,” ujar dia.

Lelang barang berharga dari dasar laut ini, ia mengungkapkan merupakan lelang pertama bagi pemerintah. Ia berharap lelang tahap pertama yang akan dilaksanakan di Jakarta pada 5 Mei 2010 melalui Kantor Piutang Kekayaan Negara dan Lelang (KPKNL) Jakarta III ini dapat berhasil sehingga dapat menyumbang pendapatan negara dalam jumlah besar.

Hasil lelang sendiri, ia menjelaskan akan dibagi 50 persen untuk negara dan 50 persen untuk pengusaha yang telah berinvestasi melakukan survei, pengangkatan, hingga rekonstruksi artefak yang ditemukan di kedalaman 52 hingga 57 meter tersebut.

Fadel sendiri menegaskan bahwa lelang dilaksanakan sesuai dengan Undang-Undang (UU) dan kebijakan pemerintah yang berlaku.

Plt Dirjen Kelautan Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil (KP3K) selaku Sekretaris Pannas BMKT I, Sudirman Saad mengatakan terdapat total 272.372 unit artefak dari 10.000 jenis. Sebanyak 271.381 unit dilelang dan 991 akan disimpan negara dengan ditempatkan di Museum Nasional dan Museum Samudera Raksa.

Lebih lanjut, ia menjelaskan bahwa pada tahap pertama lelang akan dipasarkan dengan kisaran harga 60 juta dolar AS hingga 100 juta AS.

“Lima hari sebelum lelang berlangsung panitia lelang akan mengirimkan surat kepada peserta lelang soal limit harga yang akan menjadi patokan untuk lelang,” ujar dia.

Lelang akan dilaksanakan maksimal tiga kali, apabila di lelang pertama tidak ditemukan penawaran terbaik dari limit harga yang telah ditetapkan maka lelang akan diulang dengan harga yang telah dikoreksi, jelas Sudirman.

Kalau sampai ketiga kali belum ditemukan juga penawaran yang sesuai, maka sesuai kebijakan pemerintah lelang akan dilakukan melalui balai lelang profesional, seperti balai lelang Christie di New York.

“Pada saat pengangkatan masih berlangsung sekitar tahun 2005 sebenarnya balai lelang Christie telah mendatangi pemerintah menawarkan untuk membantu melelang temuan BMKT Cirebon tersebut, tapi pemerintah beranggapan angka yang ditawarkan sebesar 30 juta dolar AS masih terlalu kecil. Karena itu sambil menunggu kebijakan lelang ini keluar pemerintah memutuskan melelang sendiri artefak-artefak tersebut,” katanya.

Sementara itu, Direktur Utama PT Paradigma Putra Sejahtera (PPS), Adi Agung T mengatakan total pengeluaran perusahaannya yang bekerja sama dengan COSMIX Underwater Research Ltd asal Belgia tersebut mulai dari survei, pengangkatan, rekonstruksi, hingga penggudangan mencapai 10 juta dolar AS.

Angka tersebut, menurut dia, telah membengkak dari perkiraan sebelumnya akibat tersendatnya keputusan pemerintah melelang barang-barang berharga bernilai sejarah tersebut. Survei sendiri muai dilakukan pada 2003 sedangkan mulai pengangkatan dilakukan 2005.

Ia membenarkan bahwa balai lelang Christie telah berniat membantu lelang pada saat proses pengangkatan baru mencapai 30 persen. Namun pemerintah masih menahan karena keputusan terkait tata cara lelang BMKT baru keluar tahun 2009.

Sejauh ini, ia mengatakan beberapa pemerintah telah meminta secara langsung untuk membeli artefak-artefak bersejarah yang masuk ke Indonesia pada masa Kerajaan Sriwijaya tersebut, diantaranya Pemerintah China, Pemerintah Singapura, dan Pemerintah Uni Emirat Arab. Namun pemerintah memilih proses lelang sehingga lebih terbuka.

Beberapa artefak penting yang berhasil ditemukan, menurut Adi, 24 keping “rock crystal” dari Dinasti Fatimid yang berkuasa di tahun 909 hingga 1171 di Maghreb (sekarang Maroko)  dan hanya terdapat 40 keping didunia. Vas tinggi putih dari Dinasti Liao (907-1126) yang salah satunya ada di British Museum, dan cermin perunggu yang berasal dari Zhejiang, China, yang menurut pernyataan resmi Pemerintah China baru ditemukan satu setengah saja di dunia (satu utuh di museum Jepang, setengah ada di museum Zhejian).

ant/fid

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya