SOLOPOS.COM - Ilustrasi minyak goreng. (Solopos.com - Antara/Prasetia Fauzani)

Solopos.com, JAKARTA —  Indonesia memutuskan menghentikan ekspor minyak goreng dan bahan bakunya untuk memastikan ketersediaan minyak goreng dengan harga yang terjangkau oleh masyarakat di dalam negeri.

Hal ini tak lepas dari perang antara Rusia dan Ukraina yang berlangsung sejak Februari lalu menyebabkan sejumlah harga komoditas energi dan pangan melonjak naik.

Promosi Jalur Mudik Pantura Jawa Makin Adem Berkat Trembesi

Kepala Riset Pasar Komoditas Pertanian di Rabobank Carlos Mera mengatakan keputusan yang dibuat Indonesia sudah pasti menjadi pukulan besar bagi pasokan minyak goreng dunia.

“Pasokan minyak nabati Indonesia ke dunia mustahil tergantikan,” kata Carlos Mera, melansir Bloomberg, Sabtu (23/4/2022) seperti dilansir Bisnis.

Baca juga: Larangan Ekspor Minyak Goreng, Stok Melimpah, Harga Belum Tentu Turun

Indonesia merupakan produsen crude palm oil (CPO) terbesar, minyak nabati yang paling banyak dikonsumsi di dunia. Indonesia sendiri menyumbang lebih dari sepertiga ekspor minyak nabati global, dengan China dan India, dua negara terpadat, adalah pembeli utamanya.

Adapun pelarangan tersebut mulai dilakukan pada Kamis (28/4/2022) hingga waktu yang sampai batas waktu yang akan ditentukan kemudian.

Invasi Rusia ke Ukraina telah membuat perdagangan minyak bunga matahari atau sunflower oil menjadi kacau dan mempersempit pasokan minyak nabati lain yang digunakan untuk makanan, bahan bakar nabati dan produk perawatan pribadi.

Kondisi cuaca yang buruk juga telah menyebabkan berkurangnya hasil panen kedelai di Amerika Selatan, produsen terbesar dunia, dan kekeringan di Kanada menyusutkan produksi kanola, sehingga hanya sedikit pasokan yang tersedia.

Baca Juga: Ekspor Minyak Goreng Dilarang, Harga Turun?Begini Penjelasannya

Sementara pasokan terbatas dan harga melonjak akan memperburuk inflasi bahan makanan seperti saus salad dan mayonaise di ekonomi kaya seperti AS, negara-negara berkembang seperti India akan merasakan dampak terburuk.

Negara-negara tersebut bergantung pada impor minyak sawit sebagai alternatif yang lebih murah daripada minyak kedelai, sunflower oil, dan kanola yang lebih mahal.

Presiden Asosiasi Ekstraktor Pelarut India dan Kelompok Perdagangan Minyak Nabati Atul Chaturvedi, sangat terkejut dengan keputusan Indonesia.

“Kami tidak mengharapkan larangan seperti ini,” kata Atul Chaturvedi.

Baca Juga: Presiden Jokowi Larang Ekspor Minyak Goreng!

Memperburuk Inflasi Pangan

Manajer Intelijen Komoditas di Mintec, Inggris Tosin Jack mengatakan, tindakan terbaru Indonesia sudah pasti akan memperburuk inflasi pangan yang sudah mencapai rekor tertinggi.

Menurut dia, pasokan minyak nabati yang ketat telah mendorong produsen makanan untuk berimprovisasi dengan produk mereka, termasuk mencoba membuat formulasi baru dan beralih ke pengganti jika memungkinkan.

Sejak awal tahun 2021, minyak kedelai berjangka di AS telah naik hampir dua kali lipat, sebagian didorong oleh permintaan yang lebih tinggi untuk bahan-bahan membuat biofuel.

Harga kemudian melonjak ke rekor tertinggi setelah invasi Rusia ke Ukraina, mengganggu pengiriman sunflower oil dan memicu permintaan komoditas alternatif.

Baca Juga: Ekspor Minyak Goreng Dilarang, Gapki Akan Pantau di Lapangan

Sementara itu, kanola Kanada telah naik ke level tertinggi sepanjang masa tahun lalu akibat kekeringan yang menghancurkan tanaman di padang rumput Amerika Utara.

Minyak sawit di Asia telah meningkat sekitar 50 persen dan rapeseed di Eropa 55 persen dalam 12 bulan terakhir.

Meskipun harga rekor secara keseluruhan, analis independen John Baize mengatakan permintaan minyak nabati tetap tinggi karena minyak nabati merupakan bagian penting dari makanan di semua negara, khususnya di negara-negara seperti India, Pakistan, Bangladesh.

Baca Juga: Larang Ekspor Minyak Goreng, Jokowi Justru Tuai Kritikan



John Baize, yang juga Penasihat Dewan Ekspor Kedelai AS menyebutkan, pembatasan Indonesia pada ekspor minyak sawit sebagai masalah besar. Namun, dia berharap pembatasan tersebut tak bertahan lama.

Dia mencatat, Indonesia pada 2021 mengekspor 26,87 juta metrik ton minyak sawit dibandingkan dengan mengkonsumsi 15,28 juta metrik ton di dalam negeri.

Untuk saat ini, larangan Indonesia mengintensifkan kekhawatiran tentang biaya dan kekurangan pangan, dengan harapan bahwa negara-negara lain kemungkinan akan melakukan langkah serupa saat perang di Ukraina berlarut-larut.

Artikel ini telah tayang di Bisnis.com dengan judul: Pelarangan Ekspor CPO Indonesia Bakal Pukulan Besar bagi Pasokan Minyak Goreng Dunia.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya