SOLOPOS.COM - Sejumlah pengunjung melihat stan-stan yang memamerkan produk pertanian dalam KTNA Sragen The Exporience di Gedung SMS Sragen, Jumat (6/10/2023). (Solopos.com/Tri Rahayu)

Solopos.com, SRAGEN — Kementerian Pertanian (Kementan) menghadapi sejumlah permasalahan yang membutuhkan solusi dan terobosan bersama untuk mengatasinya. Setidaknya ada enam masalah yang dibutuhkan solusi ke depan.

Permasalahan pertanian itu diungkapkan Wakil Direktur III Politeknik Pembangunan Pertanian Kementan, Budi Purwo Widiarso, saat menghadiri KTNA Sragen The Exporience 2023 di Gedung Sasana Manggala Sukowati (SMS) Sragen, Kamis (5/10/2023).

Promosi Strategi Telkom Jaga Jaringan Demi Layanan Telekomunikasi Prima

Dia mencatat dari sekian masalah pertanian yang urgen ditangani adalah soal krisis petani. Dia menyebut jumlah petani  kini hanya ada 26,14 juta atau 9,68% dari total jumlah penduduk Indonesia yang mencapai Rp270 juta jiwa.

“Kami harus meregenerasi petani untuk suplai pendukung agar kedaulatan pangan berjalan,” ujarnya.

Masalah kedua berkaitan dengan alih fungsi lahan lalu diikuti masalah kekeringan. Budi menilai kondisi pertanian di Sragen Masih lebih baik dibandingkan daerah lain yang tak lagi bisa menanam tanaman pangan dan hortikultura di musim kemarau seperti sekarang.

Masalah pupuk dan masalah benih, diakuinya,  juga belum kunjung selesai. Melangkah ke sektor peternakan juga tak lepas dari masalah. Seperti berkurangnya stok sapi setelah adanya virus penyakit mulut dan kuku (PMK) dan lumpy skin desease (LSD), sementara keran impor sapi belum dibuka.

“Pemerintah berusaha terus mengurangi masalah itu. Pelatihan secara online dan offline dilakukan. Fasilitas kredit usaha rakyat untuk petani milenial digulirkan untuk keberlangsungan dan pengembangan usaha petani milenial,” katanya.

Budi menyampaikan limbah unggas peternakan bisa menjadi solusi ketika petani kekurangan pupuk.

Pada bagian lain, ia mengapresiasi Kontak Tani Nelayan Andalan (KTNA) terutama di Sragen yang dinilai berperan penting dalam ketahanan pangan. “Tadi [KTNA Sragen] sudah memiliki analisis usaha tani tanpa pupuk subsidi, ini bagus dan bisa dijadikan acuan untuk daerah lain,” jelasnya.

Ketua IX KTNA Nasional, Otong Wiranta, menyampaikan apa yang dilakukan KTNA Sragen dengan menggelar ekspo secara swadaya bisa ditiru daerah lain. Tema yang diangkat yakni Menuju Kedaulan pangan Indonesia, dinilainya relevan dengan kondisi sekarang.

“KTNA itu basisnya sebenarnya usaha mikro, kecil, dan menengah (UMKM). Kami sepakat bahwa kita sudah mengedepankan kolaborasi dan ternyata terjadi di Sragen. KTNA melakukan uji coba inovasi, bisa ditiru dan diterapkan oleh petani lain. Tantangan pertanian ke depan it terus berkembang, petani membutuhkan generasi muda yang mau terjun ke pertanian,” jelasnya.

Otong menerangkan infrastruktur, sarana produksi, hingga persoalan pupuk belum mencukupi kebutuhan petani. Pihaknya akan menyuarakan agar pemerintah memperhatikan persoalan-persoalan tersebut.

Dia menyampaikan banyak anggota KTNA bersiap menjadi penyuluh swadaya di lapangan, sebagian sudah melakukannya.  Setiap hari kelompok tani bergerak dan berkolaborasi dan memberikan ilmu mereka lewat penyuluhan kepada petani. “Petani bisa merasakan teknologi berkembang. Pertanian presisi digerakan dengan mesin pertanian yang semakin modern,” ujarnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya