SOLOPOS.COM - Pertunjukan musik bambu membuka acara Indonesia Creative Cities Conference (ICCC) 2015 di Benteng Vastenburg Solo, Kamis (22/10/2015). (Ivanovich Aldino/JIBI/Solopos)

Indonesia Creative Cities Conference 2015 dilaksanakan di Solo.

Solopos.com, SOLO — Memasuki era digital pola perkembangan ekonomi kreatif secara dinamis ikut berubah. Generasi milenial sebagai bagian dari loko penggerak gerbong Solo Kota Kreatif ditantang berdiri di garis terdepan untuk memajukan kotanya.

Promosi Jalur Mudik Pantura Jawa Makin Adem Berkat Trembesi

Hal itu dikemukakan Ketua Pelaksana Indonesia Creative Cities Conference 2015, Irfan Sutikno, selepas pemaparan Langkah Taktis dan Strategis Kota Solo menuju Kota Kreatif di Ruang Sabha Widya Sila Bank Indonesia.

“Utamanya yang harus lebih progresif saat ini adalah anak mudanya. Harus berani tampil di depan. Sekarang ini era ekonomi kreatif. Saatnya yang tua memberikan ruang kepada yang muda supaya larinya lebih kencang. Iklim di sini yang muda memfasilitasi yang tua. Itulah tantangannya. Saatnya harus dibalik,” katanya, Jumat (23/10/2015) siang.

Ekspedisi Mudik 2024

Untuk merealisasikan kota kreatif yang punya nilai tawar dari daerah lain, Irfan menyebutkan Kota Bengawan juga perlu mempertahankan karakter budaya lokal yang sudah kuat melekat dengan dukungan pengembangan yang tepat.

“Dengan karakter budaya lokal inilah Kota Solo bisa bergaul dan bersaing di tataran global yang lebih baik. Budaya similiarity [mirip antara satu kota dengan kota lain] harus dilawan dengan lokalitas. Tentunya tidak dalam posisi pelestarian. Tanpa adanya pengembangan, tidak ada jaminan kelanjutan,” terangnya.

Menurut Irfan, salah satu produk kreatif yang siap dipasarkan dari Kota Bengawan adalah seni pertunjukan.

“Seperti kata Pak Menteri [Arief Yahya], di sini sudah bagus hanya perlu dipoles. Hanya saat ini zamannya bukan produk saja. Produk bagus butuh kemasan yang bagus. Setelah itu butuh dipasarkan dengan tepat. Solo harus segera menyiapkan diri. Supaya ketika dicolek menjadi kota kreatif, tinggal jalan,” katanya.

Sementara itu, sebagai anak muda yang menggagas hajatan otomotif kreatif tahunan di Jogja bernama KustomFest, Aan Fikriyan, mengutarakan kegelisahannya yang sempat dicap sebagai anak tiri ekonomi kreatif.

Sosok berambut kribo yang memegang jabatan sebagai Direktur Festival ini turut berbagi kisahnya. “Kami baru mendapatkan dukungan dari pemerintah pada Kustomfest IV tahun ini,” akunya.

Sebelum menggagas acara tahunan tersebut, Aan bersama jajaran steering committee-nya sempat membikin cetak biru acara selama lima tahun berikut riset.

“Paparan riset menyebut acara ini mustahil diselenggarakan. Tapi kami nekat mencoba. Kalau tidak dicoba, acara tidak pernah lahir. Kalau tidak lahir, kami tidak tahu masalah riset di mana. Kami coba bikin pembuktian terbalik lewat Kustomfest,” kisahnya.

Menurut Aan, tahun pertama penyelenggaraan acaranya banyak masyarakat yang belum tahu. Menginjak tahun ketiga, ajang pamer motor kustom ini mulai dikenal luas dan mendapatkan sponsor.

Pada 2015 ini, Aan mengutarakan panitia kurang dari sepekan penyelenggaraan dikontak Kemenpar yang tergerak membantu di hospitality program.

“Sepekan sebelum acara, saya ditelepon orang Kemenpar. Mereka heran dengan banyaknya pergerakan dari Asia Tenggara secara spontan ke Jogja. Padahal waktu itu event hanya Kustomfest. Setelah saya paparkan data kami, mereka mau ikut andil dan mendukung acara,” bebernya.

Aan mengritisi sikap sebagian penyelenggara acara kreatif yang selama ini menganggap pemerintah sebagai ladang pemberi bantuan dana segar.

“Banyak yang salah persepsi ketika berharap dukungan pemerintah itu sebatas uang dan uang. Itu salah besar. Di acara kami, justru kami memberikan opsi kepada pemerintah mau memberikan dukungan dalam bentuk apa. Tidak ada pun tak apa,” ungkapnya.

Menanggapi hal tersebut, Kepala Bappeda Solo, Ahyani Sidik, mengatakan pemerintah siap mendukung penuh upaya generasi milenial dan warga Solo yang ingin memajukan iklim kreatif di Kota Bengawan.

Dukungan pemerintah dalam waktu dekat akan diwujudkan lewat penyediaan pusat kreativitas dan program inkubator kreatif.

“Kami punya gagasan inkubator kreatif nantinya bisa berpusat di Pasar Gede lantai II. Untuk pusat kreativitas lain, juga bisa memanfaatkan ruang di Bappeda atau Rumah Dinas Wakil Wali Kota. Sementara itu, kami bakal menginventarisasi potensi yang bisa masuk ke creative camp. Mereka nanti akan jelas pemetaan produk dan kami dorong patennya,” jelasnya.

Ahyani berharap Kota Solo yang sudah mengantongi daya dukung potensi kreatif, ke depan bisa memetik manfaat ekonomi kreatif.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya