SOLOPOS.COM - Panduan Informasi dan Inspirasi

JAKARTA — Sekretaris Badan Ketahanan Pangan Kementerian Pertanian, Hermanto mengatakan Indonesia setidaknya harus menambah ketersediaan beras hingga tujuh juta ton pada 2025 – 2030 untuk mengantisipasi penambahan jumlah penduduk.

“Artinya, Indonesia harus menambah lebih dari satu juta hektare lahan sawah untuk mengantisipasi hal itu,” kata Hermanto saat workshop bagi jurnalis media massa dan Kasubag Humas BKKBN se-Indonesia di Jakarta, Rabu(31/10/2012).

Promosi Mitsubishi XForce: Stylish untuk Wanita, Praktis buat Ibu Muda

Menurut dia, berdasarkan estimasi laju pertumbuhan penduduk pada rentan waktu 2005 – 2010, yakni 1,3 persen. Jumlah penduduk 233,48 juta jiwa dengan tingkat konsumsi beras bruto 139,5 kilogram perkapita, sedangkan kebutuhan beras mencapai 32,49 juta ton.

Sementara pada 2025-2030, laju pertumbuhan penduduk diperkirakan 0,92 persen. Asumsi lain, jumlah penduduk menjadi 286,02 juta jiwa dan tingkat konsumsi beras tetap 139,5 kilogram perkapita maka kebutuhan beras menjadi 39,8 juta ton.

Ia mengatakan, permasalahan yang muncul, terjadi konversi lahan pertanian dengan kisaran 63 ribu hektare per tahun. “Kondisi ini terutama terjadi di Jawa, sentra produksi beras Indonesia,” katanya.

Pemerintah berupaya mengalihkan ke lokasi lain di luar Jawa untuk menambah luas lahan sawah seperti Kalimantan. Namun, ungkap dia, harus diakui kondisi lahan-lahan baru itu juga tidak sesubur seperti di Pulau Jawa.

Selain itu, ujar Hermanto, status dari lahan yang dicadangkan untuk cetak sawah baru juga masih belum jelas. “Di Kaltim misalnya, disebutkan 100 ribu hektare lahan siap untuk cetak sawah baru. Ternyata, yang bisa hanya dua ribu sampai tiga ribu hektare,” katanya.

Ia menegaskan, secara umum, Indonesia tidak mempunyai masalah dalam ketersediaan lahan. “Tetapi akses terhadap lahan yang jadi masalah,” katanya.

Berdasarkan asumsi-asumsi tersebut, maka dibutuhkan pengaturan terhadap laju pertumbuhan penduduk dan konsumsi beras perkapita.

“Sehingga program KB dan ketahanan pangan mempunyai kaitan yang sangat erat,” katanya.

Upaya lain yang dilakukan dengan menggencarkan diversifikasi pangan meski saat ini masih skala kecil sehingga harganya terbilang mahal. “Pengadaan impor hanya untuk memperkuat cadangan beras nasional,” kata Hermanto.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya