SOLOPOS.COM - Deretan pameran busana muslim di salah satu pusat perbelanjaan Kota Solo. Foto diambil Selasa (28/3/2023). (Solopos.com/Galih Aprilia Wibowo).

Solopos.com, SOLO — Sebagai negara dengan mayoritas penduduk muslim, Indonesia disebut bisa menjadi kiblat atau trendsetter fesyen muslim dunia.

Dosen Universitas Sebelas Maret (UNS) Solo, Endang Sri Handayani mengatakan selama dua dekade atau lebih, desainer Indonesia banyak yang lebih fokus mengembangkan busana muslim. Tentu hal itu membuat pasar bisnis busana muslim makin meluas.

Promosi Telkom dan Scala Jepang Dorong Inovasi Pertanian demi Keberlanjutan Pangan

Wanita dengan keahlian kriya tekstil ini menjelaskan, salah satu faktor pendorong fesyen muslim terus berkembang di Indonesia karena mayoritas penduduk Indonesia adalah pemeluk agama Islam.

“Indonesia itu kan negara [dengan penduduk] muslim terbesar di dunia, bahkan desainer lokal Kota Solo, seperti Tuty Adib itu sudah mendunia juga karya-karyanya. Jadi kalau menurut saya, boleh dikatakan kalau Indonesia itu nanti akan menjadi trendsetter busana muslim dunia,” papar Endang saat dihubungi Solopos.com pada Selasa (28/3/2023).

Selain itu, menurut Endang banyak perempuan muslimah yang cenderung memakai busana muslim untuk menghadiri acara atau untuk kegiatan sehari-hari, baik untuk kegiatan resmi ataupun acara nonresmi. Sehingga, bisa membuat busana muslim akan selalu berkembang.

“Jadi menurut saya, selama Indonesia itu mayoritas penduduknya masih muslim ya dan menjadi negara [dengan penduduk] muslim terbesar di dunia, otomatis akan busana muslim ke depan akan tetap eksis,” terang Endang.

Endang menguraikan pasar luar negeri tentu sudah lama dijajaki oleh produk fesyen muslim lokal Indonesia. Menurutnya, setiap usaha tentu mempunyai target market masing-masing, mulai dari skala konveksi maupun pada level butik.

“Nah yang ingin naik level, ya harus upgrade banyak hal. Fesyen berkembang sangat cepat soalnya saat ini karena media sosial. Jadi misal yanh skala kecil ingin meningkat, yang pertama harus inovatif, baik dari segi bahan atau desain, serta teknik jahitnya,” tambah Endang.

Kemudian yang kedua, menurutnya pelaku usaha fesyen muslim lokal harus menguasai sistem bisnis saat ini, terutama bisnis online. Baik dari sisi media promosinya maupun sistem penjualannya.

Serta bagaimana cara pelaku usaha ini sukses membangun branding produknya.

“Walaupun ada juga target-target market klasik yang masih dipertahankan, dan biasanya ini dari kalangan atas, yang gaya hidupnya lebih eksklusif,” ujar Endang.

Sebelumnya, Wakil Ketua Umum Perdagangan Kamar Dagang Industri Indonesia (Kadin) Indonesia, mengatakan fesyen muslim memiliki potensi besar untuk dikembangkan oleh pelaku usaha di Indonesia.

Hal tersebut diungkapkan saat ditemui Solopos.com dalam acara Seminar Nasional Bangkit Bersama dan Semakin Berdaya di hotel Alila Solo, Jumat (3/3/2023).

“Fesyen muslim bisa dikembangkan sampai skala ekspor untuk Indonesia, karena nilainya sendiri sampai US$ 3 miliar [Rp46 triliun] secara global,” ujar Juan.

Juan mengatakan kolaborasi pengembangan pasar fesyen muslim di Indonesia harus mulai dilakukan agar ekspor dari Indonesia terus tumbuh.

Selain kolaborasi, Kamar Dagang dan Industri Indonesia (Kadin) juga memfasilitasi pertumbuhan fesyen muslim di Indonesia dengan mengadakan Jakarta Muslim Fashion Week.

Target acara tersebut selanjutnya adalah mengadakan pameran di Eropa dan Amerika agar ekspor fesyen muslim Indonesia meningkat.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya