SOLOPOS.COM - Kapolres Boyolali, AKBP Asep Mauludin (kanan), memberikan penyuluhan terkait penyakit mulut dan kuku (PMK) di Pasar Hewan Karanggede, Minggu (15/5/2022). Saat itu, tim gabungan mengecek hewan ternak di Pasar Hewan Karanggede, Boyolali. (Istimewa/Polres Boyolali)

Solopos.com, BOYOLALI — Munculnya penyakit mulut dan kuku (PMK) di Boyolali diprediksi akan berpengaruh pada menurunnya produktivitas susu dan daging. Namun, masyarakat Boyolali diminta tidak khawatir karena diprediksi tidak menurun drastis.

Hal itu diungkapkan Kepala Bidang (Kabid) Usaha Ternak Dinas Peternakan dan Perikanan (Disnakkan) Boyolali, Gunawan Andriyanto, saat dijumpai Solopos.com di kantornya, Jumat (27/5/2022).

Promosi Strategi Telkom Jaga Jaringan Demi Layanan Telekomunikasi Prima

“Penurunan diperkirakan ada tapi belum signifikan karena dari segi populasi kan yang terkena PMK masih sedikit,” kata dia.

Ia menjelaskan penurunan produktivitas susu dan daging sapi tidak menurun drastis karena populasi sapi perah di Boyolali ada lebih dari 94 ribu ekor dan sapi daging ada lebih dari 107 ribu ekor. Jumlah tersebut masih terlalu banyak dibandingkan jumlah suspek PMK di Boyolali.

“Pengaruhnya mungkin secara individu sapi. Tapi produktivitas secara global tingkat kabupaten masih sangat kecil,” jelasnya.

Baca Juga: Kenapa di Boyolali Banyak Terdapat Sapi? Ini Jawabannya

Gunawan mengatakan penurunan produktivitas tetap akan dirasakan bagi para peternak sapi yang terdampak PMK. Sapi yang terkena PMK akan mengalami penurunan nafsu makan karena sariawan.

“Otomatis kalau nafsu makan turun dan tidak segera diobati maka akan ada penurunan bobot sapi. Kalau sapi perah, jelas ada penurunan produktivitas susu,” jelasnya.

Gunawan mengatakan tim kesehatan hewan Disnakkan Boyolali telah berupaya menangani sapi yang terkena PMK. Hal itu, seperti pengobatan, pemberian vitamin, dan menurunkan panas.

Baca Juga: Luasnya Cuma 17,23 Km2, Inilah Kecamatan Terkecil di Boyolali

“Diharapkan sapi-sapi yang sakit dapat segera pulih dan berproduksi seperti biasa,” katanya.

Sementara itu, pemilik peternakan sapi Kakung Farm di Musuk, Boyolali, Drajat Triwibowo, 32, mengatakan PMK masih belum berpengaruh di usahanya.

“Soalnya sapi perah kami sapi rawatan sendiri. Bukan sapi keluar masuk luar kota. Namun, penurunan dan kenaikan itu pasti ada karena ada sapi yang hamil. Otomatis kalau hamil yang berhenti perah. Habis lahiran, ya produksi susu naik lagi,” kata dia.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya