SOLOPOS.COM - Petugas mengecek kesehatan sapi untuk memastikan terjangkit atau tidaknya sapi-sapi yang diniagakan di Pasar Hewan Pracimantoro, Jumat (13/5/2022), terbebas dari penyakit mulut dan kuk. (Istimewa/Polres Wonogiri)

Solopos.com, WONOGIRI — Sejumlah peternak hewan di Wonogiri merasa keberatan dengan kebijakan penutupan seluruh pasar hewan di wilayah setempat selama 14 hari terhitung, Selasa (24/5/2022). Penutupan itu dinilai sangat merugikan para peternak.

Salah seorang peternak sekaligus pedagang sapi asal Pracimantoro, Warsidi “Kotir”, mengaku harus memutar otak selama dua pekan mendatang. Selama ini, dirinya mencari nafkah dengan cara menjadi seorang peternak hewan.

Promosi Jalur Mudik Pantura Jawa Makin Adem Berkat Trembesi

Temuan kasus penyakit mulut dan kuku (PMK) di Pasar Hewan Pracimantoro, Senin (23/5/2022) bukan berasal dari Wonogiri. Sebanyak 13 sapi yang terinfeksi PMK berasal dari luar daerah Wonogiri.

“Peternak dirugikan karena sapi lokal tidak ada yang terkena. Sapi dari Boyolali yang terkena PMK, itu dulunya dibeli dari Jawa Timur (Jatim). Tapi imbasnya sampai menutup semua pasar hewan di Wonogiri,” katanya saat dihubungi Solopos.com, Selasa (24/5/2022).

Ekspedisi Mudik 2024

Warsidi kini masih memiliki lima sapi dan empat kambing. Warsidi sempat membawa seluruh hewan ternaknya di Pasar Hewan Pracimantoro bersamaan petugas Dinas Kelautan Perikanan dan Peternakan (Dislapernak) Wonogiri menemukan kasus PMK di pasar setempat, Senin (23/5/2022). Dari 356 ekor sapi diperiksa, termasuk hewan ternak milik Warsidi.

Baca Juga: 13 Sapi Terinfeksi PMK, Pasar Hewan di Wonogiri Ini Ditutup Sementara

Hasil pengecekan, tak satu pun sapi milik Warsidi yang terinfeksi PMK. Meski seperti itu, penutupan pasar hewan membuatnya kalang kabut.

Merebaknya PMK pada hewan ternak baru-baru ini mengakibatkan harga sapi mulai turun. Penurunan harga sapi senilai Rp1 juta-Rp1,5 juta per ekor.

“Turun sejak dua hari pasaran Wage di waktu sebelumnya,” katanya.

Peternak kambing asal Wuryantoro, Ali Muhadi, mengatakan dirinya juga sering berbisnis hewan sapi. Penurunan harga sapi dibarengi minat warga yang enggan bertransaksi di pasar.

Baca Juga: Temukan Kasus PMK, Masyarakat Wonogiri Bisa Melapor ke Polisi

“Sapi potong sudah sulit penjualannya. Bahkan bisa dikatakan tidak ada penawaran. Kadang-kadang, ke pasar hanya jalan-jalan. Padahal biasanya, satu sapi itu bisa ditawar 10 orang. Saat ini tak ada satu pun penawar,” kata Ali.

Sepinya penawaran di pasaran menjadikan harga sapi anjlok. Harga sapi menjelang momen Iduladha biasanya stabil senilai Rp20 juta per ekor. Minimnya pembeli mengakibatkan harga sapi di pasaran bisa turun menjadi Rp18 juta per ekor.

“Harapannya, penyakit PMK tidak menyebar. Selain itu, semoga penutupan pasar enggak diperpanjang. Cukup 14 hari saja,” imbuh Ali.

Medsos

Begitu pasar hewan ditutup, Ali mencoba cara lain untuk menjual sapinya, yakni melalui online. Ali memanfaatkan media sosial (medsos).

Baca Juga: Bawa Sapi Bergejala PMK di Wonogiri, Peternak akan di-Blacklist

“Menjelang Iduladha ini banyak pembeli yang langsung menengok ke kandang peternak setelah posting [di medsos],” katanya.

Kepala Dislapernak Wonogiri, Sutardi, mengatakan telah menurunkan petugas ke lapangan guna mengecek kesehatan hewan ternak yang dimiliki warga di 25 kecamatan di Wonogiri, Selasa (24/5/2022).

Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS), populasi sapi potong di Wonogiri menempati peringkat ketiga terbanyak se-Jawa Tengah (Jateng). Jumlah populasi sapi potong di Wonogiri mencapai 170.365 ekor di tahun 2021 (di bawah Blora dan Grobogan).

Penutupan

Dalam Surat Edaran (SE) bernomor 443.39/79/4, Bupati Wonogiri, Joko Sutopo menginstruksikan penutupan operasional pasar hewan se-Kabupaten Wonogiri selama 14 hari. Penutupan terhitung, Selasa (24/5/2022) hingga Senin (6/6/2022).

Baca Juga: Pemkab Wonogiri Pantau Pasar Hewan untuk Cegah PMK, Ini Lokasinya?

Sebelumnya, peternak dari tiga daerah membawa sapi ternak bergejala PMK. Masing-masing dari Boyolali (delapan ekor), Donorojo/Pacitan (satu ekor), dan Magetan (empat ekor). Belasan kasus sapi bergejala PMK itu dibuktikan dengan keberadaan luka di area mulut dan sekitarnya.

“Kebijakan penutupan itu menjadi kewenangan daerah [Pemkab Wonogiri] agar jangan sampai terjadi endemi apalagi sampai pandemi. Kami mengambil langkah-langkah tegas karena kemarin sudah saya sampaikan juga ke peternak kalau ada pedagang yang membawa sapi bergejala PMK maka pasarnya akan ditutup,” kata Joko Sutopo, kepada wartawan, Senin (23/5/2022).

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya