SOLOPOS.COM - Pemilik biogas limbah tahu, Suwarno, 45, memperlihatkan digester di belakang rumah produksi tahunya di Dukuh Gilingan Lor, Desa Urutsewu, Kecamatan Ampel, Kabupaten Boyolali, Rabu (20/7/2022). (Solopos.com/Ni’matul Faizah).

Solopos.com, BOYOLALI – Mayoritas masyarakat sangat bergantung pada gas minyak cair  liquefied petroleum gas (LPG) atau elpiji untuk kebutuhan memasak. Namun hal itu tidak berlaku bagi beberapa warga Lereng Merbabu, Boyolali, yang telah menggunakan biogas dari limbah tahu sejak 2010.

Saat ini ada lima warga di Lereng Merbabu, tepatnya Dukuh Gilingan Lor, Desa Urutsewu, Kecamatan Ampel, Kabupaten Boyolali, yang memanfaatkan limbah tahu untuk menghasilkan biogas.

Promosi Strategi Telkom Jaga Jaringan Demi Layanan Telekomunikasi Prima

Inovasi  biogas berawal dari ide pemilik rumah produksi tahu, Suwarno pada 2010. Awalnya, biogas dari limbah tahu hanya digunakan sendiri. Pada 2015, biogas dari limbah tahu tersebut mulai disalurkan ke tetangga.

Saat ini, ada lima rumah tangga yang memakai biogas milik lelaki yang akrab disapa Suwar tersebut.

Saat disambangi ke rumahnya pada Rabu (20/7/2022) siang, Suwar memakai jersey kuning bertuliskan negara Brazil dan bercelana selutut. Suwar kemudian membawa Solopos.com menuju rumah produksi tahunya yang berada di belakang rumah.

Baca juga: Mandiri Energi ala Warga Kanoman Boyolali dengan Manfaatkan Limbah Tahu

Suwar kemudian mengajak Solopos.com pindah ke bagian belakang rumah produksi. Ia memperlihatkan alat berbentuk bulat seperti sumur dengan diameter sekitar dua meter bernama digester.

Alat tersebut terlihat menyatu dengan tanah. Suwar mengatakan alat tersebut untuk menampung limbah tahu untuk biogas. “Setelah dua bulan limbah tahu kami tampung, baru bisa menjadi gas,” ungkap lelaki 45 tahun tersebut.

Suwar juga memperlihatkan pipa-pipa kecil berbahan PolyVinyl Chloride (PVC) yang ia gunakan untuk mendistribusikan gas ke warga sekitar untuk memasak di kompor. Ia mengatakan tak menarik retribusi dari penggunaan biogas yang dibuat.

“Saya tidak rugi, ini kan pemanfaatan limbah tahu [untuk biogas]. Jadi selama produksi tahu itu terus menerus, biogas tidak akan habis. Setiap hari diisi, jadi gasnya ada terus. Lebih hemat juga, biasa sebulan ada yang habis lima tabung gas kiloan, sekarang tidak usah,” ungkap dia.

Saat disinggung mengenai ketertarikannya dengan biogas, Suwar mengungkapkan awalnya melihat temannya membuat biogas. Kemudian, ia meminta tolong si teman untuk dibuatkan biogas limbah tahu di rumah produksinya.

Baca juga: Mandiri Energi di Cepogo Boyolali dengan Kotoran Sapi

Suwar mengungkapkan, biaya yang dihabiskan pada saat itu membuat biogas sekitar Rp50 juta. Namun, tidak ada biaya lain setelah membuat biogas.

“Enggak ada biaya perawatan, biaya sehari-hari juga enggak ada. Kalau ada yang bocor tinggal ditambal pake lem,” terang lelaki berkulit sawo matang tersebut.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya