SOLOPOS.COM - Ponco Suseno (Solopos/Istimewa)

Solopos.com, SOLO — Istilah kaum boro sangat lekat dengan Kabupaten Wonogiri. Banyak warga Kabupaten Wonogiri memiliki sejarah panjang dengan budaya merantau. Kegigihan warga Kabupaten Wonogiri mengais rezeki di tanah rantau disebut-sebut mirip dengan budaya orang-orang Minang dari Sumatra Barat.

Data pada 2021 menjelaskan total penduduk Kabupaten Wonogiri mencapai kurang lebih satu juta orang. Dari jumlah tersebut, sekitar 350.000 orang menjadi kaum boro. Sebagian besar warga Kabupaten Wonogiri yang merantau memilih daerah tujuan kawasan Jakarta, Bogor, Depok, Tangerang, dan Bekasi (Jabodetabek) meski ada juga ke daerah lain.

Promosi Mitsubishi XForce: Stylish untuk Wanita, Praktis buat Ibu Muda

Sekitar 35% penduduk yang memilih bekerja di luar Kabupaten Wonogiri itu disebabkan berbagai hal. Mereka yang menjadi kaum boro biasanya memiliki bekal sebagai pekerja keras untuk memperbaiki nasib. Merantau akan meningkatkan kesejahteraan.

Faktor geografis melatarbelakangi banyak warga Kabupaten Wonogiri menjadi kaum boro. Di antara kaum boro itu banyak yang sukses di tanah rantau. Keberhasilan kaum boro menjadi pedagang bakso atau mi ayam dan pekerjaan lainnya memotivasi warga Kabupaten Wonogiri memberanikan diri merantau ke luar daerah.

Perkembangan zaman sulit dibendung. Perkembangan teknologi, seperti mudahnya memperoleh informasi melalui media sosial, meningkatkan jumlah kaum boro. Sarana transporasi juga semakin nyaman.

Pembangunan jalan tol trans-Jawa makin memudahkan warga di daerah merantau ke kota-kota besar, terutama di Jabodetabek. Tidak ada kesalahan apa pun menjadi kaum boro asalkan mempersiapkan diri dengan kemampuan dan keterampilan yang memadai.

Kaum boro yang sukses tanpa disadari memiliki analisis SWOT yang bagus. Mereka mengidentifikasi dengan sangat baik strenght (kekuatan), weakness (kelemahan), opportunity (peluang), dan threat (ancaman).

Jangan sampai kaum boro tak punya kemampuan sama sekali saat berada di perantauan. Hal tersebut akan menyusahkan diri sendiri untuk beradaptasi atau membangun usaha di tanah rantau.

Kondisi tersebut kiranya sudah sangat dipahami oleh kaum boro. Kini kita makin sering mendengar kisah sukses kaum boro. Di Kabupaten Wonogiri terdapat kampung para juragan bakso dan mi ayam, yakni Desa Bubakan, Kecamatan Girimarto.

Kisah sukses warga perantau seperti itulah yang menambah banyak kaum boro dari Kabupaten Wonogiri. Berbekal keuletan dan kegigihan, mereka mampu memperbaiki nasib di tanah rantau.

Ditilik dari sejarahnya, Kabupaten Wonogiri dikenal sebagai pusat kaum boro. Pemerintah Kabupaten Wonogiri tetap berupaya menekan angka urbanisasi tersebut. Caranya dengan mengembangan wilayah yang ramah bagi para pekerja.

Pemerintah Kabupaten Wonogiri berfokus menyusun peraturan daerah tentang rencana tata ruang tata wilayah. Salah satunya membangun industri di kawasan Kabupaten Wonogiri bagian selatan. Hal itu menjadi bagian dari rencana agar Kabupaten Wonogiri menjadi daerah vokasi.

Tanah Kelahiran

Lowongan kerja dibuka seluas-luasnya di Kabupaten Wonogiri, Data di Dinas Tenaga Kerja Kabupaten Wonogiri pada 2021 menunjukkan terdapat lowongan pekerjaan antarkerja lokal atau di Kabupaten Wonogiri dan sekitarnya dan antarkerja antardaerah atau luar Jawa Tengah dengan jumlah total 25.388.

Dari jumlah tersebut, lowongan antarkerja lokal sebanyak 19.000 atau 75% dari total lowongan kerja. Sejumlah pemerintah desa di Kabupaten Wonogiri juga mulai gencar menekan angka urbanisasi tersebut.

Pasar Krempyeng di Desa Saradan, Kecamatan Baturetno, yang dijadwalkan setiap Sabtu pukul 15.00 WIB-22.00 WIB diharapkan dapat meningkatkan kesejahteraan warga sekaligus mengurangi urbanisasi karena selama ini banyak warga desa tersebut yang merantau.

Kelompok petani Dusun Gemawang, Desa Brenggolo, Kecamatan Jatiroto, meningkatkan budi daya kopi dan pembiakan kambing. Muncul berbagai objek wisata yang dapat meningkatkan kesejahteraan warga dan pendapatan asli desa.

Beberapa objek wisata yang menjadi andalan desa, antara lain, Watu Cenik (Desa Sendang), Soko Langit, dan Gua Resi (Desa Conto). Upaya pemerintah kabupaten dan pemerintah desa itu patut diapresiasi.

Setidaknya, potensi desa dapat diandalkan untuk mengais rezeki. Ini menjadi pilihan bagi warga di Kabupaten Wonogiri selain menjadi kaum boro. Menjadi kaum boro atau tidak memang pilihan hidup.

Hal terpenting yang harus ditekankan kepada warga Kabupaten Wonogiri adalah sesukses-suksesnya kaum boro, jangan melupakan tanah kelahiran. Silakan turut berkontribusi membangun tanah kelahiran sesuai porsi masing-masing.

Umumnya kaum boro asal Kabupaten Wonogiri memang ingin pulang saat menginjak usia tua. Pada era sekarang, desa tak kalah dengan kota. Kisah petani sukses di daerah makin, termasuk di Kabupaten Wonogiri.

Itu bisa menjadi alternatif pekerjaan saat kembali pulang ke kampung halaman. Syukur-syukur pekerjaan yang digeluti dapat menyerap tenaga kerja di lingkungan sekitar. Perlu disiapkan segalanya demi ikut berkontribusi membangun desa. Saatnya memikirkan bali ndesa mbangun desa.

(Esai ini terbit di Harian Solopos edisi 28 November 2022. Penulis adalah wartawan Solopos Media Group)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya