SOLOPOS.COM - Panduan Informasi dan Inspirasi

<p><strong>Solopos.com, SRAGEN</strong> — Jalan berundak dengan kemiringan 90 derajat menyapa pengunjung di Bukin Ngaluwen, perbatasan Dukuh Ngaluwen dan Dukuh Gunung Gede, Desa Sukorejo, Sambirejo, <a href="http://soloraya.solopos.com/read/20180704/491/925945/pemuda-boyolayar-sragen-ubah-alam-liar-jadi-wisata-eksotis" title="Pemuda Boyolayar Sragen Ubah Alam Liar Jadi Wisata Eksotis">Sragen</a>.</p><p>Tulisan "Wellcome to Bukit Ngaluwen" terpampang di gapura pintu dari kayu glugu yang menjadi gerbang menuju bukit. Jalan menanjak itu sepanjang 100 meter.</p><p>Ada tiga lincak bambu untuk beristirahat bagi pengunjung yang kecapaian mendaki. Di kanan kiri jalan selebar 1 meter itu bisa melihat tanaman nanas berbuah serta pohon jati yang menjulang tinggi.</p><p>Sesampainya di bukit terdapat hamparan kebun singkong yang tandus. Di pinggiran hamparan itu terdapat <a href="http://soloraya.solopos.com/read/20180618/491/922703/pengunjung-museum-sangiran-sragen-mengeluh-tak-nyaman" title="Pengunjung Museum Sangiran Sragen Mengeluh Tak Nyaman">menara swafoto</a> yang terbuat dari bambu. Ada pula gazebo mini yang diberi nama Gubuk Asmara.</p><p>Tempat ayunan dari besi dan bekas ban mobil juga tersedia di tempat itu. &ldquo;Tempat ini hanya pas Minggu dikunjungi para remaja. Ya, belum banyak tetapi dipastikan ada,&rdquo; ujar Darmo Wiyono, 76, warga Gunung Gede RT 007, saat berbincang dengan <em>Solopos.com</em> di puncak bukit tersebut.</p><p>Darmo yang pernah menjadi tentara sukarelawan pada 1930-an itu memberanikan diri menaiki menara swafoto setinggi 3 meter. Di menara itu terdapat banyak sarana sebagai pelengkap berswafoto.</p><p>Kata-kata yang ditulis pada papan kayu, seperti I Love You, Korban PHP, Jomblo itu Bebas, Kalah Cepet, Pikir Keri, Move On, dan Atimu Ora Kaya Ayumu.</p><p>Dari menara itu, Darmo menunjukkan deretan bukit yang membentang di kaki Gunung Lawu. Setiap bukit memiliki nama sendiri, yakni Gunung Sigit, Gunung Pelem, Gunung Mindi, dan Gunung Manggisan.</p><p>Ada pula Bukit Herbal karena terdapat banyak tanaman jamu di bukit itu. Selain pemandangan perbukitan, Waduk Gebyar yang terletak di wilayah Desa Jambeyan, Sambirejo, <a href="http://soloraya.solopos.com/read/20180317/491/903656/wisata-sragen-museum-sangiran-stagnan-warga-rintis-wahana-piknik-alternatif" title="WISATA SRAGEN : Museum Sangiran Stagnan, Warga Rintis Wahana Piknik Alternatif">Sragen</a>, juga terlihat dari menara itu.</p><p>&ldquo;Saat musim kemarau saja masih terlihat hijau. Kalau musim penghujan, pemandangannya lebih hijau lagi dan indah,&rdquo; kata Darmo.</p><p>Bukit Ngaluwen itu merupakan lahan milik pribadi yang digarap para pemuda yang tergabung dalam Karangtaruna Dukuh Ngaluwen. Mereka bergotong-royong membuat wahana swafoto tersebut dengan dorongan Kepala Desa (Kades) Sukorejo, Sukrisna, yang ingin menjadikan Sukorejo sebagai desa wisata.</p><p>Darmo meskipun sudah lanjut usia masih aktif di karangtaruna karena tidak ada seorang pemuda di keluarganya. &ldquo;Untuk mengisi kas karangtaruna, setiap pengunjung yang datang mengisi infak Rp2.000/orang,&rdquo; katanya.</p><p>Kades Sukorejo, Sukrisna, memang mendorong warganya memanfaatkan potensi alam sebagai sarana promosi desa wisata. Dia mendorong para pemuda Dukuh Ngaluwen untuk mengembangkan wisata di daerahnya, yakni Bukit Ngaluwen.</p><p>Selain di tempat itu, Sukrisna ingin mengembangkan tempat swafoto lainnya dekat Pasar Bembem. &ldquo;Menara swafoto yang kedua itu akan kami sinergikan dengan konsep pengembangan wisata air dan pemancingan di bawahnya. Itu menjadi program desa yang kini mulai dibangun,&rdquo; katanya.</p>

Promosi Jalur Mudik Pantura Jawa Makin Adem Berkat Trembesi

Ekspedisi Mudik 2024
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya