SOLOPOS.COM - Siswa kelas 1 SDN 01 Karanganyar mendapatkan suntikan imunisasi measles rubella di ruang kelas pada Selasa (1/8/2017). (Sri Sumi Handayani/JIBI/Solopos)

Imunisasi Measles Rubella, DIY merupakan salah satu daerah pilot project.

Harianjogja.com, SLEMAN — Meninggalnya Nana Puspita Sari, 14, remaja asal Kecamatan Kasihan yang diduga akibat imunisasi Measless Rubella (MR) resmi dibantah oleh pihak Dinas Kesehatan (Dinkes) DIY. Mereka menegaskan penyebab meninggalnya remaja tersebut sama sekali tidak terkait dengan program pemerintah yang pencanangannya dilakukan oleh Presiden Jokowi di Yogyakarta dua bulan silam.

Promosi Gonta Ganti Pelatih Timnas Bukan Solusi, PSSI!

Baca Juga : Dinkes Investigasi Penyebab Siswa SMP Meninggal Usai Imunisasi Measless Rubella, Ini Hasilnya

Ekspedisi Mudik 2024

Komite Daerah Pengkajian dan Penanggulangan Kejadian Ikutan Paska-Imunisasi (Komda PP-KIPI) DIY, Meineni Sitaresmi saat menggelar jumpa pers di Fakultas Kedokteran Universitas Gadjah Mada (UGM), Kamis (14/9/2017). Menurut dia, siswa SMP 3 Kasihan itu meninggal bukan akibat imunisasi MR, melainkan karena penyakit lain.

“Dari hasil diagnosa dokter, pasien menderita leukimia akut,” katanya.

Dokter spesialis anak RSUP dr.Sardjito, Sri Mulatsih mengatakan dirinya yang terakhir kali merawat Nana sebelum meninggal membenarkan perihal diagnosa tersebut. Saat menerima rujukan pasien dari Rumah Sakit PKU Muhammadiyah, diakuinya kondisi pasien saat itu memang dalam kondisi lemah dengan hasil diagnosa kadar sel darah merah rendah, sedangkan sel darah putihnya justru meningkat.

Saat melakukan perawatan, pasien sempat diberikannya transfusi darah merah. Hal itulah yang lantas membuat kondisi pasien membaik. Namun, lantaran divonis menderita leukimia, jalan satu-satunya adalah dengan melakukan pengujian sumsum tulang belakang.

“Saat hendak dilakukan uji ini, orang tua justru meminta pasien dipulangkan. Akhirnya, saat dipulangkan, kami pun terus melakukan pemantauan. Saat di rumah, kondisi pasien pun sempat membaik,” kata Sri.

Oleh karena itulah, ia pun memastikan meninggalnya Nana bukan lantaran vaksin. Ditegaskannya, vaksin bukanlah faktor risiko dari penyakit leukimia.

Terkait hal itu, Kepala Dinkes DIY Pembajun Setyaningastuti berharap masyarakat tak lagi merasa takut dan ragu untuk mengikuti program imunisasi MR tersebut. Terlebih, Indonesia adalah negara kesekian yang melaksanakan program tersebut.

“Indonesia bukan negara pertama yang melakukan imunisasi MR ini. Di negara lain juga tidak ada masalah,” katanya.

Secara umum, ia menambahkan, realisasi imunisasi MR hingga kini sudah mencapai 650.427 anak, atau sekitar 96,81 persen. Adapun target riil yang harus disasarnya hingga pekan kedua September adalah sebanyak 671.863 anak.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya