SOLOPOS.COM - Ilustrasi belanja (Dok/JIBI)

Ilustrasi belanja (Dok/JIBI)

Anda tentu pernah membaca di media massa berita tentang barisan panjang antrean ketika sebuah model handphone baru dipasarkan. Bahkan, yang terjadi bukan cuma antrean berjam-jam untuk mendapatkan ‘tablet’ istimewa itu, tapi juga berdesak-desakan, ada yang cedera, perkelahian, dan pengrusakan.

Promosi BI Rate Naik Jadi 6,25%, BRI Optimistis Pertahankan Likuiditas dan Kredit

Di Negara jiran yang lebih maju, Singapura, saya pernah beberapa kali menyakskan para remaja yang harus mengambil nomor urut hanya untuk bisa bergantian memasuki toko pakaian yang sedang melakukan big sale. Ketika beberapa waktu lalu, RIM mengumumkan bahwa harga playbook diturunkan menjadi $300, dalam waktu singkat semua department stores  yang menjual barang tersebut memasang tulisan sold out.

Semua itu merupakan fenomena impulsive buying.

Rumusan sederhana tentang impulsive buying diberikan oleh Wikipedia. “An unplanned decision to buy product or service”. Keputusan untuk membeli didominasi oleh dorongan emosi dan perasaan.

Lalu apakah Anda seorang impulsive buyer? Secara pragmatis, ada beberapa ciri seorang yang tergolong sebagai impulsive buyer.

Pertama, kalau Anda sering sekali mengunjungi mal, melakukan shopping dengan tujuan utama mencari kesenangan dan bukan membeli kebutuhan.
Kedua, anggaran rumah tangga Anda selalu jebol. Walaupun Anda sudah menyusun budget rumah tangga dengan baik dan realistis, dalam perjalanannya Anda mengalami over-budget secara konstan.
Ketiga, tunggakan kartu kredit dan utang lain bertumpuk dan nyaris tidak pernah lunas.
Anda tidak perlu resah dan tidak perlu pergi ke psikiater untuk persoalan yang oleh Rook, Fisher dan kawan kawan disebut sebagai selfish dan antisosial.
Modal pertama, Anda harus menyadari dan mengakui bahwa Anda adalah seorang impulsive buyer, dan punya keinginan untuk memperbaiki kebiasaan Anda.
Ingat bahwa membeli dan memiliki barang yang bisa memberikan Anda kesenangan tidak selalu berarti buruk.
Toh kita mencari uang karena uang merupakan alat untuk memperoleh kebahagiaan. Yang harus dihindarkan adalah kegemaran Anda yang berlebihan sehingga ada kepentingan lain yang dikorbankan. Ingat bahwa anggran rumah tangga bukan hanya untuk kepntingan Anda sendiri.
Dan dalam daftar panjang kebutuhan rumah tangga, tentu ada prioritas yang disusun bersama secara rasional.
*) Hasan Zein Mahmud adalah Tim Ekselensi dan Staf Pengajar pada KWIK KIAN GIE School of Business.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya