SOLOPOS.COM - Panduan Informasi dan Inspirasi

Jakarta (Solopos.com)–Impor produk-produk pangan Indonesia setiap tahun makin tak terbendung dan sudah pada tahap kronis. Hampir 65% dari semua kebutuhan pangan didalam negeri kini dipenuhi dari impor.

Hal ini disampaikan oleh Wakil Ketua Umum Kamar Dagang dan Industri (Kadin) Bidang Perdagangan, Distribusi dan Logistik, Natsir Mansyur, Selasa (22/3/2011).”Impor pangan dan non pangan kita itu sudah kronis, ini sangat memalukan sekali,” kata Natsir.

Promosi Tanggap Bencana Banjir, BRI Peduli Beri Bantuan bagi Warga Terdampak di Demak

Natsir menjelaskan di sektor pangan banyak produk yang seharusnya bisa dipenuhi di dalam negeri malah harus impor. Misalnya mulai dari beras, gula, kedelai, jagung, kacang tanah, bawang merah, cabai, ikan, buah-buahan, daging, susu dan lain-lain.

“Semuanya sudah jadi rahasia umum misalnya impor ikan lele dari Vietnam, sungguh keterlaluan,” katanya.

Ia mencontohkan sektor perikanan saat ini justru dibanjiri oleh masuknya ikan-ikan ilegal. Pangkal persoalannya, lanjut Natsir, adalah pengelolaan sektor perikanan yang tak becus, meskipun ia menggarisbawahi peluang pasar di dalam negeri selalu menggiurkan.

“Belum lagi kalau kita bicara masuk pasar tunggal ASEAN (ekonomi ASEAN 2015) kalah kita, kecepatan dalam membaca pasar,” katanya.

Menurut Natsir sektor pangan Indonesia terus dibanjiri produk impor karena pemenuhan suplai dalam negeri terus kurang karena produksi rendah. Faktor inovasi menjadi salah satu penyebab produktivitas selalu rendah. Kedua adalah soal diversifikasi pangan yang saat ini hanya slogan saja.

“Pasar kita yang besar sangat menarik, produktivitas rendah dan tak ada inovasi produk,” ucapnya.

Dikatakannya dalam contoh kasus perdagangan importasi ikan ilegal yang masuk ke pasar di dalam negeri. Menurutnya tak terlepas dari peluang pasar yang sangat besar saat ini, yaitu saat harga ikan tangkap di dalam negeri naik karena nelayan sulit melaut, ikan impor menjadi pilihan.

Ia juga tak habis pikir dengan keinginan pemerintah yang hanya mengejar target swasembada pangan diberbagai bidang seperti swasembada daging, swasembada gula, swasembada garam dan lain-lain. Semunya hanya dipatok berdasarkan target-target normatif tanpa proses merealisasikan target yang konkret dan sistematis. “Intinya produksi pangan kita dikembangkan masih secara konservatif,” katanya.

(dtc/tiw)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya