SOLOPOS.COM - Ilustrasi Kilang Minyak (JIBI/Bisnis Indonesia/Andry T Kurniadi)

Impor minyak Indonesia dari pasar spot akan berkurang dengan kesiapan lima negara memasok minyak dalam jangka panjang.

Solopos.com, JAKARTA — Sebanyak lima negara menyatakan kesiapannya untuk bekerja sama dengan Indonesia dalam bidang jual beli minyak mentah dan bahan bakar minyak (BBM). Kelimanya yakni Uni Emirat Arab, Arab Saudi, Kuwait, Irak, dan Angola.

Promosi Mitsubishi XForce: Stylish untuk Wanita, Praktis buat Ibu Muda

Tawaran kerja sama tersebut didapatkan di sela-sela pertemuan 6th International OPEC Seminar di Hofburg Palace, Vienna, Austria. Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Sudirman Said mengatakan Pemerintah Uni Emirat Arab (UEA) menawarkan kerja sama dalam pengadaan minyak mentah untuk Indonesia.

Pemerintah UEA menawarkan pembelian minyak mentah dan BBM dengan skema pembelian langsung antar National Oil Company (NOC) tanpa perantara. UEA juga menawarkan investasi pembangunan kilang minyak.

“Penawaran tersebut diungkapkan secara langsung oleh Menteri Energi Uni Emirat Arab, Suhail Al Mazroui dalam pertemuan bilateral dengan delegasi Indonesia,” katanya melalui pernyataan resmi kepada Bisnis/JIBI di Jakarta, Minggu (7/6/2015).

Delegasi Pemerintah UEA yang dipimpin oleh Menteri Energi Uni Emirat Arab Suhail Al Mazroui menyatakan akan membuka peluang berinvestasi di hulu migas melalui NOC negara tersebut, yakni Mubadala Petroleum. Mereka akan mengoperasikan blok-blok migas di Indonesia.

Selain itu, pertemuan dengan Menteri Petroleum Angola José Maria Botelho de Vasconcelos membahas beberapa peluang kerja sama, antara lain supply crude untuk Indonesia. Saat ini, Indonesia membeli 1 juta barrel crude per bulan dari Angola.

Dalam pertemuan itu, Pemerintah Indonesia bersama Pertamina mengungkapkan kebutuhan supply crude yang lebih banyak dengan proses revitalisasi kapasitas kilang dari 800.000 bpd dengan 1,6 juta bpd sehingga dibutuhkan suplai yang lebih besar lagi.

Di sisi upstream, pemerintah juga mendorong Pertamina dan NOC Angola (Sonangol) untuk bekerjasama dalam melakukan eksplorasi dan eksploitasi di ladang-ladang minyak di Angola. Selanjutnya di sisi hilir, Menteri Angola dan Menteri ESDM Indonesia mendorong NOC kedua negara membangun refinery bersama-sama di Indonesia untuk benefit bersama.

“Dengan kerja sama ini maka Angola akan memiliki pembeli minyak mentah jangka panjang yakni Indonesia dan Indonesia juga akan memiliki pemasok minyak minyak mentah jangka panjang yakni dari Angola,” jelasnya.

Sementara itu, pertemuan dengan Delegasi Arab Saudi yang dipimping Menteri Perminyakan Ali Al-Naimi bersama Wakil Menteri Perminyakan Pangeran Abdul Aziz bin Salman al-Saudi. Dalam pertemuan itu, Pemerintah Arab Saudi akan mendorong NOC Arab Saudi (Saudi Aramco) untuk berinvestasi dalam pembangunan kilang di Indonesia. Hal itu untuk menjamin kontinuitas pasokan jangka panjang bagi Indonesia sebagai konsumen atau pembeli.

Selanjutnya, Pemerintah Kuwait menyatakan kesiapannya untuk mendorong perusahaan nasional Kuwait untuk investasi di Indonesia. Di samping itu, Pemerintah Kuwait meminta pemerintah Indonesia mempertimbangkan komitmen Kuwait untuk membangun kilang di Indonesia.

Pemerintah Indonesia sendiri meminta kepada Kuwait untuk dapat diberikan kesempatan berpartisipasi dalam kegiatan usaha hulu di Kuwait. Selain itu, Indonesia juga meminta kesediaan Kuwait untuk memasok minyak mentah untuk kebutuhan Indonesia untuk jangka panjang.

Lebih jauh, pertemuan delegasi Indonesia dengan Menteri Perminyakan Irak mendiskusikan tentang potensi Irak meningkatkan pasokan jangka panjang minyak mentah untuk Indonesia. Selain itu, Indonesia juga membuka kesempatan Irak untuk berinvestasi dalam pembangunan kilang di Indonesia.

Irak juga membuka kesempatan bagi Pertamina untuk memperluas atau memperbesar partisipasi dalam kegiatan usaha hulu migas negara itu. Pertamina saat ini memiliki share di blok minyak di Irak yakni blok West Qurna bersama Lukoil dan LITASCO dengan produksi 1 juta barrel per bulan.

Kerjasama dengan negara-negara OPEC merupakan bagian dari upaya Pemerintah untuk terus memenuhi kebutuhan minyak dalam negeri, terutama kepentingan jangka panjang terkait pengamanan pasokan BBM secara langsung.

Kembali ke OPEC

Pemerintah Indonesia menyatakan keinginannya untuk kembali menjadi anggota penuh Organization of the Petroleum Exporting Countries (OPEC). Sejak 2009 hingga saat ini status Indonesia adalah suspended. Seluruh negara anggota-anggota OPEC, termasuk Arab Saudi, menyatakan dukungannya jika Indonesia kembali menjadi anggota penuh OPEC.

“Dukungan didasarkan pada fakta bahwa Indonesia merupakan salah satu negara yang berperan dalam pendirian dan pengembangan OPEC,” ungkap Sudirman Said.

Dukungan tersebut diungkapkan secara langsung Menteri Perminyakan Arab Saudi, Ali Al-Naimi dalam bilateral meeting antara delegasi Indonesia dengan Arab Saudi. “Delegasi Pemerintah Arab Saudi mengapresiasi dan sangat mendukung keputusan Pemerintah Indonesia yang berkeinginan untuk kembali menjadi anggota OPEC. Karena Indonesia merupakan merupakan salah satu pendiri OPEC”, ungkap Menteri Perminyakan Arab Saudi, Ali Al-Naimi.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya