SOLOPOS.COM - Petugas Bulog memeriksa stok beras medium di gudang beras Perum Bulog Lhokseumawe, Aceh, Rabu (17/5/2017) lalu. (JIBI/Solopos/Antara/Rahmad)

Mendag menjawab kritik terhadap kebijakan impor beras bulan ini yang dinilai janggal.

Solopos.com, JAKARTA — Langkah Kementerian Perdagangan (Kemendag) membuka keran impor beras keperluan khusus sebanyak 500.000 ton dengan alasan untuk menjaga ketersedian stok di dalam negeri dipertanyakan banyak pihak. Namun, Menteri Perdagangan beralasan langkah itu tidak bertentangan dengan aturan.

Promosi Jalur Mudik Pantura Jawa Makin Adem Berkat Trembesi

“Ya pokoknya sekarang daripada tidak ada, daripada tidak ada lah ya,” kata Menteri Perdagangan Enggartiasto Lukita kepada wartawan di Jakarta, Jumat (12/1/2018).

Ekspedisi Mudik 2024

Menurut Enggar kebijakan yang diambil tidak bertentangan dengan Peraturan Menteri Perdagangan No. 1/2018. Pada pasal 16 ayat 1, disebutkan bahwa hanya Perum Bulog yang dapat mengimpor beras untuk keperluan umum.

“Pokoknya sekarang ketentuaannya [harus] Badan Usaha Milik Negara [BUMN] dan PT Perusahaan Perdagangan Indonesia [PPI] juga merupakan BUMN kan,” imbuhnya. Baca juga: Kejanggalan Impor Beras 500.000 Ton Jelang Panen.

Selain itu, Enggar memperkirakan beras impor tersebut akan masuk dan beredar pada bulan Februari. Dia berharap harga beras nantinya bisa turun hingga Rp9.450/kg melalui Asosiasi Pengusaha Indonesia (Apindo). “Saya bilang pokoknya, jangan jual mahal-mahal, Rp9.540/kg saja, siap katanya [Apindo],” tutur Enggar.

Akademisi Institut Pertanian Bogor (IPB) Prima Gandhi justru menilai impor beras sebesar 500.000 ton yang diestimasi akan tiba pada akhir Januari itu janggal. Jika tujuan impor adalah mengendalikan harga beras medium, tapi jenis yang diimpor adalah beras khusus. Beras baru akan tiba pada akhir Januari sementara pengendalian harga diperlukan pekan ini.

“Impor beras sudah telat, karena bertepatan dengan mulai panen raya padi,” kata Prima yang merupakan dosen Departemen Ekonomi Sumberdaya dan Lingkungan IPB, Jumat (12/1/2018).

Dia menilai terjadi kejanggalan harga beras pada awal 2018, salah satunya di Pasar Induk Beras Cipinang (PIBC). Mengutip data online yang dirilis PIBC pada 3 Januari 2018, Prima menyebutkan harga beras termurah yang dikenal sebagai beras Operasi Pasar yaitu IR-64 III masih Rp7.800 per kg. Harga itu stabil sejak 9 November 2017 hingga 3 Januari 2018.

“Tapi tiba-taba pada 3-4 Januari naik tinggi Rp8.40/kg, setelah itu pada 5-8 Januari menjadi Rp8.800/kg, terus 9-12 Januari menjadi 8.900/kg. Sementara itu, stok beras harian PIBC pada periode tersebut di atas normal yaitu berkisar 32.001 – 47.013 ton. Artinya pasokan tidak ada masalah tapi harga naik. Justru ini sumber masalahnya,” tambahnya. Baca juga: Kemendag Ingin Impor Beras, Mentan Bantah Kekurangan Stok.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya