SOLOPOS.COM - Suparno, pengrajin yongsua asal Desa Waru, Kecamatan Mranggen, Kabupaten Demak, Jawa Tengah, tengah menjemur yongsua buatannya, Selasa (19/1/2016). (Imam Yuda Saputra/JIBI/Semarangpos)

Imlek atau Tahun Baru Tionghoa akan dirayakan dalam waktu dekat ini.

Semarangpos.com, DEMAK – Yongsua atau yang lebih akrab dikenal dengan hio acap digunakan warga keturunan Tionghoa untuk beribadah saat perayaan hari-hari besar, termasuk Imlek atau Tahun Baru China. Tak terkecuali saat perayaan Tahun Baru China 2016 yang akan jatuh pada 8 Februari nanti.

Promosi Aset Kelolaan Wealth Management BRI Tumbuh 21% pada Kuartal I 2024

Meski demikian, efek perayaan Imlek 2016 yang tinggal hitungan hari lagi itu belum cukup dirasakan para pengrajin yongsua lokal asal Desa Waru, Kecamatan Mranggen, Kabupaten Demak, Jawa Tengah. Tiga pekan jelang perayaan imlek, sentra pengrajin yongsua di Jateng itu masih belum kebanjiran order.

Salah satu pengrajin yongsua, Suparno, mengaku memang ada peningkatan jumlah pesanan jelang imlek dibanding hari-hari biasanya. Pada hari-hari biasa, ia hanya mendapat order yongsua sekitar 10.000 per batang untuk ukuran yang besar dan 20 kilogram (kg) untuk ukuran yang kecil setiap pekannya. Tapi, kali ini jumlah pesanan yongsua miliknya bisa meningkat dua kali lipat.

“Tapi itu enggak seberapa jika dibandingkan saat masa-masa keemasan kami. Sebelum tahun 2010, jelang imlek seperti ini kami bisa kebanjiran order hingga 50.000-10.000 yongsua besar per pekannya. Tapi, sekarang pesanan kami semakin turun,” ujar Suparno saat dijumpai Semarangpos.com di kediamannya di Desa Weru, Kecamatan Mranggen, Kabupaten Demak, Jateng, Selasa (19/1/2016).

Suparno menilai menurunnya jumlah pesanan yongsua lokal itu tak terlepas dari masuknya produk-produk luar negeri. Harga yongsua asal luar negeri yang dijual di pasaran memang jauh lebih mahal. Satu kotak yongsua kecil asal Tiongkok, Malaysia, Singapura dan India di pasaran saja dihargai sekitar Rp10.000 dengan isi 35 batang.

Sementara untuk yongsua ukuran besar dibanderol sekitar Rp90.000 per pak dengan isi sebanyak 10 batang.
Meski demikian, secara kualitas produk luar negeri lebih unggul daripada buatan lokal.

“Kalau secara kualitas produk impor memang lebih unggul. Mereka kan bikinnya dengan mesin. Jadi produknya lebih awet dan kalau dibakar bisa tahan lebih lama. Beda dengan bikinan lokal yang kurang bisa bertahan lama. Untuk yongsua besar saja, produk kami hanya bisa bertahan sekitar 3-4 jam. Kalau produk impor bisa tahan sekitar 8 jam,” imbuh Suparno.

Senada juga diungkapkan Lia Melinda, salah satu penjual pernak-pernik imlek di Kawasan Pecinan, Kota Semarang. Lia mengaku produk luar negeri lebih banyak diminati daripada buatan lokal.

“Kalau kami di sini tidak menjual yongsua buatan lokal. Soalnya buatan lokal tidak laku. Banyak yang bilang buatan lokal kurang wangi jadi tidak diminati,” tutur pemilik Toko Teratai di Jl Beteng No 148, Kranggan, Semarang Tengah itu.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya