SOLOPOS.COM - Puluhan kepala madrasah dari MI sampai MA di Wonogiri berkumpul di Aula Kantor Kemenag Wonogiri, Selasa (30/5/2023). Mereka dikumpulkan menyusul adanya kasus pencabulan yang yang diduga melibatkan kepala MI dan guru terhadap 12 murid di Wonogiri. (Solopos/Muhammad Diky Praditia)

Solopos.com, WONOGIRI — Kantor Kementerian Agama atau Kemenag Wonogiri menindaklanjuti kasus pencabulan 12 murid madrasah ibtidaiah atau MI dengan mengumpulkan seluruh kepala madrasah mulai dari tingkat ibtidaiah, tsanawiah, hingga aliah di Aula Kantor Kemenag Wonogiri, Selasa (30/5/2023).

Mereka berkumpul dalam rangka pembinaan setelah mencuatnya kasus pencabulan yang diduga dilakukan kepala madrasah dan guru terhadap 12 murid di salah satu madrasah di Wonogiri.

Promosi Pegadaian Buka Lowongan Pekerjaan Khusus IT, Cek Kualifikasinya

Pertemuan yang berlangsung Selasa siang hingga sore itu membahas kasus pencabulan tersebut dan membuat komitmen untuk menciptakan ruang aman bagi anak-anak di madrasah. Selain itu para kepala madrasah berikrar untuk mewujudkan madrasah ramah anak.

Kepala Kemenag Wonogiri, Anif Solikhin, mengatakan ada sekitar 97 kepala madrasah mulai dari kepala MI hingga MA baik swasta maupun negeri yang datang ke pertemuan di Kantor Kemenag.

Mereka dikumpulkan menyusul kejadian luar biasa yang menimpa 12 murid MI yang diduga mengalami pencabulan. Belasan murid itu diduga dicabuli kepala madrasah, M, 47 dan guru pendidikan agama Islam, Y, 51 selama lebih kurang setahun.

“Kami mengumpulkan para kepala madrasah dalam rangka pembinaan. Kami tidak ingin kejadian itu [pencabulan guru terhadap murid] terulang kembali. Kami minta semua berkomitmen untuk melindungi dan memberikan ruang aman kepada siswa,” kata Anif saat ditemui Solopos.com di Kantor Kemenag Wonogiri, Selasa sore.

Dalam pertemuan itu, lanjut dia, para kepala madrasah menandatangi pakta integritas komitmen mewujudkan sekolah ramah anak. Selain itu mereka juga berikrar dengan berkomitmen melaksanakan delapan hal.

Tujuannya untuk menciptakan sekolah layak anak di antaranya membangun suasana sekolah sebagai komunitas pembelajar setelah keluarga, mewujudkan sekolah yang aman, inklusif, dan nyaman bagi perkembangan peserta didik.

Anif juga meminta para kepala madrasah untuk membangun komunikasi yang baik antara murid dengan guru dan guru dengan wali murid. Adapun kasus pencabulan kasek dan guru terhadap 12 siswi MI menjadi pelajaran besar bagi madrasah lain agar tidak terjadi hal serupa.

Kecewa dan Prihatin

Selain bisa membunuh masa depan anak, tindakan kekerasan seksual juga bisa merugikan instansi pendidikan itu sendiri. Sebab tidak akan lagi mendapatkan kepercayaan masyarakat. 

“Ini bagian dari upaya preventif kami. Tindakan pencegahan agar kejadian serupa tidak terjadi lagi. Meskipun belum ada SOP khusus yang mengatur soal itu, kami harap ini bukan sekadar kegiatan seremonial, tetapi benar-benar bisa ditindaklanjuti,” ujar dia.

Kepala Madrasah Ibtidaiah Negeri (MIN) Wonogiri, Nurul Aini, mengungkapkan kekecewaan dan keprihatinan atas kasus pencabulan kasek dan guru terhadap 12 murid di salah satu MI di Wonogiri. Dia sama sekali tidak menyangka pendidik yang seharusnya mengajarkan hal baik justru memberikan dampak buruk bagi anak didiknya.

Sebagai kasek sekaligus seorang perempuan, Aini sangat geram dengan tindakan bejat tersebut. “Jujur saja saya sangat kaget begitu mendengar kabar itu. Saya sangat menyesalkan itu. Semoga itu kejadian terakhir,” kata Aini.

“Dengan adanya ikrar dan penandatangan komitmen mewujudkan sekolah ramah ini, semoga juga bisa jadi upaya pencegahan hal-hal seperti itu. Jujur saja, kala satu madrasah terkena masalah, madrasah lain juga ikut merasa sedih. Kami sudah seperti satu kesatuan. Saya prihatin betul,” imbuhnya.

Seperti diberitakan sebelumnya, kasus pencabulan 12 murid MI yang diduga dilakukan kasek dan guru mereka terungkap setelah ada laporan ke Dinas Pengendalian Penduduk dan Keluarga Berencana dan Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak (DPPKB P3A) Wonogiri, Jumat (26/5/2023).

DPPKB P3A langsung melakukan pendampingan kepada para korban dan melaporkan kasus itu ke Polres Wonogiri pada Sabtu (29/5/2023). Polres masih menyelidiki kasus itu dan mengumpulkan fakta serta bukti.

Di sisi lain, Kemenag Wonogiri juga sudah mengambil tindakan dengan memberhentikan kasek dan guru yang diduga mencabuli 12 murid tersebut serta membentuk khusus bersama DPPKB P3A untuk menangani kasus itu.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya