SOLOPOS.COM - Kondisi loket informasi yang sudah tidak terawat di objek wisata Triple-T, Desa Samiran Kecamatan Selo Boyolali, Selasa (26/7/2022). Sempat viral 2018, Objek Wisata Triple-T atau Taman Tani Tretes, di Desa Samiran Kecamatan Selo sepi pengunjung sejak pandemi Covid-19. (Solopos.com/Nova Malinda)

Solopos.com, BOYOLALI–Sempat viral 2018, Objek Wisata Triple-T atau Taman Tani Tretes, di Desa Samiran Kecamatan Selo kini merana.

Selain sepi pengunjung, sejumlah sarana mengalami kerusakan.

Promosi Selamat! Direktur Utama Pegadaian Raih Penghargaan Best 50 CEO 2024

Salah seorang pemilik lahan wisata tersebut, Alif menerangkan, Triple-T bisa mencapai 500 pengunjung lebih sebelum Covid-19 melanda.

“Sekarang ya begini [sepi], setiap hari belum tentu ada satu pengunjung yang datang,” ucapnya saat ditemui Solopos.com di Triple-T, Senin (26/7/2022).

Pengunjung yang membludak di Taman Tani Tretes seakan hanya menjadi cerita kejayaan, lantaran tempat wisata tersebut sudah tidak dikelola dengan baik.

Lahan seluas 2.000 meter itu, sebelumnya dikelola oleh para pemuda di Desa Samiran. Namun setelah Covid-19 muncul dan ada pembatasan dimana-mana, pemuda desa tidak lagi menjadi pihak pengelola objek wisata Triple-T.

Baca Juga: 3 Rekomendasi Tempat Nongkrong di Kaki Merapi-Merbabu, Instagramable Lo

Beberapa sarana dan prasarana rusak dan tidak terawat. Gapura pintu masuk di Triple-T yang terbuat dari kayu-kayu tampak reyot dan sudah lapuk.

Begitu juga loket informasi untuk pembelian tiket, sudah digunakan untuk menyimpan tumpukan pupuk dan kayu oleh para petani.

“Dulu sebelum Covid-19, setiap pengunjung Triple-T dikenai tarif masuk Rp5.000 per orang. Kemudian parkirnya diluar gapura pintu masuk, setiap kendaraan roda dua ditarik parkir Rp2.000,” ucap Alif.

Kini, gubuk yang sebelumnya digunakan untuk warung berjualan dan tempat bersantai para pengunjung sudah kotor. Tempat tersebut justru digunakan para petani untuk menyimpan pupuk dan bibit mereka. Kamar mandi juga sudah tidak layak digunakan. Lingkungan sekitar kamar mandi telah ditumbuhi rumput liar.

Alif menjelaskan modal dana untuk membangun tempat wisata Triple-T berasal dari petani pribadi. Kemudian pemuda sebagai pengelola mempromosikan area tersebut di media online.

Baca Juga: Minta 10.000 Vaksin PMK Tahap 2, Boyolali Hanya Dijatah 3.000 Dosis

Triple-T dipromosikan sebagai wisata edukatif pertanian. Pemilik lahan lainnya, Sartini menerangkan lahan Triple-T ditanami berbagai macam sayur-sayuran.

“Tempat ini ditanami beragam jenis sayuran meliputi brokoli, kentang, sawi, loncang, bawang merah, tomat, jipan, daun adas, dan lainnya,” ucap dia saat ditemui Solopos.com di tempat wisata Triple-T pada Selasa (26/7/2022).

Wisatawan Triple-T berkesempatan untuk blusukan langsung ke lahan pertanian milik petani setempat. Pengunjung juga bisa memetik langsung hasil pertanian para petani di lahan itu. Keuntungan yang didapat dari tiket masuk pengunjung dan uang parkir, dibagi rata antara petani dan pemuda desa.

Namun, saat ini wisata tersebut sudah tidak dikelola dengan baik. Setelah sepi pengunjung karena pandemi Covid-19, petani bersama pemuda desa belum memiliki rencana untuk mengelola kembali objek wisata Triple-T.

 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya