SOLOPOS.COM - Eko "Pece" Supriyanto (JIBI/SOLOPOS/Dok)

Eko “Pece” Supriyanto (JIBI/SOLOPOS/Dok)

SOLO — Didapuk sebagai mentor salah satu finalis Indonesia Mencari Bakat (IMB) 3, Sandrina Mazaya Azzahra, 12, koreografer Solo, Eko Supriyanto menanggalkan idealisme. Pria yang biasa disapa Eko Pece ini mengaku untuk kepentingan dunia industri, seperti ajang pencarian bakat IMB, yang paling penting ialah pertunjukan yang sederhana namun memesona. Beberapa kali duet dengan Sandrina, ia menyingkirkan makna-makna filosofi tarian. Lebih mementingkan ke konsep pertunjukan di panggung.

Promosi Isra Mikraj, Mukjizat Nabi yang Tak Dipercayai Kaum Empiris Sekuler

Apa yang dilakukan Eko, bukan tanpa alasan. Batasan durasi waktu dan tuntutan tampilan yang menawan karena disiarkan langsung di TV menjadi pertimbangannya. Bayangkan saja, setiap kali tampil, pementasan tari yang ia mainkan dengan Sandrina biasanya hanya berdurasi sekitar lima menit.

“Kalau untuk kepentingan festival dan tari yang sesungguhnya memang harus memasukan makna filosofi dan pertimbangan lainnya, kalau ini berbeda,” ucapnya Eko yang juga berprofesi sebagai dosen Institut Seni Indonesia (ISI) Solo ini saat ditemui Solopos.com, di kampus setempat, Senin (1/4/2013) malam.

Lebih lanjut, Eko,  berharap bisa membawa penari cilik asal Bogor itu sebagai pemenang IMB 3. Ia akan melakukan beberapa trik agar Sandrina tampil mempesona setiap kali tampil. Salah satunya pemilihan pasangan duet.

“Tapi Sandrina itu punya bakat yang luar biasa. Dipasangkan dengan siapapun pasti lah bisa cocok,” tambah Eko.

Eko mengaku didapuk sebagai mentor Sandrina pascakolaborasi ketiganya bersama Sandrina, Minggu (31/3/2013) lalu. Sebagai mentor, Eko mengaku bertugas memantau perkembangan Sandrina serta memilih pasangan duet yang cocok dengan karakternya. Ia juga menantang Sandrina untuk memainkan beberapa tarian yang ke depan mampu menunjang kemampuannya dalam menari.

Saat ini Eko sudah menyiapkan beberapa pasangan duet untuk Sandrina yang memiliki karakter berbeda-beda. Tantangan-tantangan tersebut seperti duet menarikan tarian Jawa halus seperti bedaya atau serimpi, kolaborasi dengan penari internasional atau mahasiswa asing yang tengah belajar di ISI Solo serta pementasan bersama grup lawak Solo Sahita. Dilanjutkan dengan tantangan untuk mengkolaborasikan antara tari dengan seni rupa atau seni musik.

“Saya hanya mengarahkan untuk kolaborasi dengan siapa gitu, bukan mengatur gerak dan tariannya. Saya ingin mencoba agar dia keluar dari dasar tariannya yang biasanya dinamis, cepat dan tarian asli,” tambah Eko.

Sebagai tokoh yang sudah wira wiri di dunia tari sejak lama, Eko, menilai Sandrina, merupakan sosok yang sangat berbakat. Tiga kali menjadi pasangan duet, Eko, tak menemui kesulitan koordinasi. Menurutnya penari cilik asal Kota Hujan itu selalu menjalankan instruksinya dengan baik serta mudah menghafal gerakan-gerakan yang harus dilakoni saat pementasan. Meski sebelum duet, hanya diberi waktu latihan sekitar enam jam selama tiga hari, Sandrina, selalu mengundang decak kagum setiap kali pementasan.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya